Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI fokus pada tugas akhir yang dimandatkan oleh Presiden Joko Widodo untuk merampungkan program transformasi sektor kesehatan dalam waktu kurang dari dua tahun ke depan.

"Tugas dari Presiden Joko Widodo kan ada tiga, sekarang sisa satu lagi. Pertama vaksinasi, Alhamdulillah sudah. Kedua, kendalikan pandemi supaya ekonomi bangkit kembali, relatif sudah aman," kata Budi Gunadi Sadikin usai melantik Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pejabat Fungsional Ahli Utama di lingkungan Kemenkes RI, Jakarta, Kamis.

Budi mengatakan, Kemenkes di bawah kepemimpinan dirinya dalam sisa waktu 1 tahun 11 bulan ke depan akan fokus pada tugas terakhir dari Presiden berupa transformasi di sektor pelayanan kesehatan secara masif dan mendasar.

Ia telah menetapkan ada enam jenis transformasi yang dilakukan, yakni pada layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.

Pada transformasi layanan primer dilakukan penataan ulang jaringan fasilitas di sekitar 12 ribuan puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia.

Baca juga: Kemenkes lakukan kesepakatan bilateral wujudkan transformasi kesehatan

Baca juga: KTT G20 bakal bahas ketahanan pangan, kesehatan, transformasi digital

Selain Puskesmas, Kemenkes juga merevitalisasi posyandu agar menjadi lebih formal dengan anggaran yang sesuai agar bertindak secara lebih aktif bukan hanya melayani bayi dan ibu, juga mencakup seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan lansia.

Menkes Budi juga menilai perlu mereformasi laboratorium kesehatan masyarakat. “Jadi setiap puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalkan 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional,” ujarnya.

Pada transformasi layanan rujukan dimulai dengan tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.

Kemenkes menambah fasilitas kateterisasi jantung (cath lab) dan penyakit katastropik lainnya di 14 rumah sakit kabupaten/kota di Indonesia pada akhir 2023, dan akan terus ditambah hingga akhir 2024.

Saat ini dari 267 rumah sakit kabupaten/kota, yang sudah memiliki cath lab baru sebanyak 41 rumah sakit. Pemerintah telah menyiapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada 2023 untuk menyediakan cath lab di 14 di rumah sakit kabupaten/kota. Sehingga pada 2024, jumlah cath lab yang tersedia berjumlah total 55 unit.

Pada transformasi ketahanan kesehatan, Menkes Budi ingin memastikan bahwa vaksin, diagnostik, dan terapeutik semuanya tersedia di Indonesia. Minimal 50 persen diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.

Kemenkes juga mentransformasi pembiayaan kesehatan dengan melakukan transparansi dan perhitungan yang bagus. Hal itu untuk menghindari terjadinya masalah antara penyedia jasa dan yang membayar jasa.

“Kita nanti akan bikin annual health account-nya setiap tahun dan menjadi kewajiban semua fasilitas kesehatan untuk lapor,” ujarnya.

Di sektor transformasi SDM Kesehatan, Kemenkes berupaya memenuhi jumlah dokter sesuai standar internasional, yakni satu per 1.000 penduduk, sebab kebutuhan di Indonesia masih belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata.

Upaya yang dilakukan melalui Academic health system sebagai model kebijakan yang mengakomodasi potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.

Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya yang memiliki rumah sakit pendidikan atau berafilisasi dengan rumah sakit pendidikan, sistem kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.

"Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis,” ucap Menkes Budi.

Pada transformasi teknologi kesehatan yang diupayakan selain aplikasi PeduliLindungi, juga memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital, sehingga kalau satu pasien pindah rumah sakit, maka pasien tidak perlu melakukan rontgen ulang atau tes darah ulang sehingga itu akan jauh lebih efisien.

Pada transformasi bioteknologi, kata Budi, diupayakan pengadaan alat diagnosis penyakit yang canggih. Sebelumnya untuk melihat kondisi kesehatan seseorang diambil dari darah, MRI, CT Scan.

“Ke depan diagnosisnya menggunakan genom sekuensing karena dengan ini bisa dilihat secara benar-benar rinci, yang ada di tubuh kita itu kondisinya seperti apa, kesehatan kita, malah ke depannya bisa jadi seperti apa,” ujarnya.

Mesin genom sekuensing saat ini hanya ada 12, Menkes Budi menargetkan ada sekitar 30 unit yang akan digunakan di rumah sakit rujukan nasional antara lain RS Kanker Dharmais, RS PON untuk stroke.

Selanjutnya, RSCM untuk penyakit metabolik seperti diabetes dan ginjal, RS di Yogyakarta, kemudian RSPI untuk infeksi, dan RS Sanglah untuk aging and wellness.

Baca juga: Menko PMK: Kolaborasi jadi kunci untuk wujudkan transformasi kesehatan

Baca juga: Reisa: Pandemi COVID-19 momentum lakukan transformasi kesehatan

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022