Dalam tiga tahun terakhir kebakaran hutan relatif rendah

Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap curah hujan yang turun di Indonesia masuk tiga besar dunia secara densitas dan wilayah yang bisa melampaui hanya di sekitar Amazon di Amerika Selatan.

"Artinya Indonesia memiliki sumber daya air yang besar karena lokasi kita berada di wilayah tropis serta banyak pegunungan sehingga harus pintar mengelolanya," kata Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopahelu di Padang, Kamis pada Sosialisasi dan diseminasi Informasi Klimatologi Sumbar.

Menurut dia negara sebesar Maroko saja curah hujannya hanya 100 milimeter per tahun namun penduduknya tetap bisa hidup, sedangkan di Sumatera Barat selama November 2022 saja mencapai 1.000 milimeter.

"Karena itu untuk mengelola sumber daya air yang besar tersebut diperlukan perencanaan yang baik dan terpadu," kata dia.

Ia mengingatkan jika tidak siap mengelola sumber daya air tersebut maka berkah bisa menjadi bencana.

Baca juga: BMKG ajak dunia internasional bangun sistem peringatan siklon tropis

Baca juga: WMO: Dampak perubahan iklim terlihat dari cuaca ekstrem di dunia

Sementara untuk 2023 ia menyampaikan iklim di Indonesia beranjak dari tiga tahun terakhir mengalami fenomena La Nina dengan konsekuensi iklim basah dan pada 2023 mulai berangsur normal.

"Dalam tiga tahun terakhir kebakaran hutan relatif rendah dan kita berhasil meraih swasembada pangan," kata dia.

Ia menyampaikan pada 2023 musim hujan akan tetap datang tetapi pertengahan tahun musim kemarau tidak sebasah pada 2021 dan 2022.

"Oleh sebab itu perlu diantisipasi dengan perencanaan yang baik pada sektor sumber daya air dan pertanian karena Indonesia akan masuk iklim normal tidak sebasah dua tahun terakhir," kata dia.

Sementara pada akhir tahun ini mayoritas sebagian besar wilayah di Indonesia sudah memasuki musim hujan.

"Puncaknya diperkirakan pada Januari dan Februari artinya curah hujan paling banyak pada periode tersebut sehingga perlu mewaspadai dan mengelola potensi hujan ekstrem," ujarnya.

Baca juga: Petani dan nelayan kelompok paling terdampak fenomena perubahan iklim

Baca juga: BMKG dan NOAA kerja sama perkuat sistem peringatan dini di Indonesia

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022