Minat investor sangat tinggi, dengan melihat prospek bisnis Isra Presisi yang sangat gemilang, mengalami pertumbuhan signifikan tiga tahun terakhir dan terbukti bisa ekspansi pada saat pandemi COVID-19,Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang bergerak di bidang industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam PT Isra Presisi Indonesia Tbk mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga 11,08 kali saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Utama PT Isra Presisi Indonesia Tbk Asrullah mengatakan, perseroan telah melaksanakan proses IPO pada 1-7 Desember 2022.
"Minat investor sangat tinggi, dengan melihat prospek bisnis Isra Presisi yang sangat gemilang, mengalami pertumbuhan signifikan tiga tahun terakhir dan terbukti bisa ekspansi pada saat pandemi COVID-19," ujar Asrullah dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Pada saat perusahaan lain mengalami kesulitan, menurut dia perseroan malah mengembangkan bisnis, dan pada 2022 kebanjiran order baik dari pelanggan komponen otomotif, nonotomotif maupun alat berat, bahkan sudah masuk ke komponen elektronik.
Baca juga: Di DPR, Kementerian BUMN paparkan rencana IPO 4 BUMN tahun 2023
Dalam aksi korporasi tersebut, perseroan melepas sebanyak 1,5 miliar saham atau setara 37,31 persen ke masyarakat dengan harga penawaran sebesar Rp96 per saham, sehingga total dana hasil IPO yang diraih mencapai Rp144 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan sekitar Rp35 miliar sebagai modal kerja dalam pembuatan mould, dies, checking fixture produk aksesoris mobil after market (body kit, cover handle, garnish list Toyota, Daihatsu, Suzuki) dan aksesoris motor after market yang dikerjakan di PT Cakrawala Maju Sejahtera.
Selain itu, sebesar Rp34,5 miliar akan digunakan untuk modal kerja dalam pembuatan mould, dies, checking fixture aksesoris mobil after market (body kit, cover handle, garnish list Honda, Suzuki) dan aksesoris motor after market yang dikerjakan di PT Milenium Multiguna Mandiri.
Kemudian, senilai Rp 34,9 miliar akan digunakan sebagai modal kerja dalam pembuatan mould, dies, checking fixture produk aksesoris mobil after market (wiper, karpet mobil, body kit, cover handle, garnish list Nissan, Mitsubishi) dan aksesoris motor after market yang dikerjakan di PT Aristo Satria Mandiri Indonesia.
Sebesar Rp35,6 miliar akan digunakan untuk modal kerja dalam pembuatan ball screw, bearing spindle, arbor BT 50, arbor BT40, cutting tools, conrod screw yang dikerjakan di PT Techno Shouko Indonesia dan sisanya akan digunakan sebagai modal kerja operasional perseroan yaitu pembelian bahan baku, bahan pembantu, listrik dan pembayaran gaji karyawan.
Baca juga: Segera melantai di bursa, Isra Presisi tambah mesin produksi
Secara bersamaan emiten yang akan menggunakan kode saham ISAP itu juga menerbitkan sebanyak 750 juta waran seri I yang menyertai saham baru perseroan atau setara 29,76 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum perdana saham.
Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan. Setiap pemegang dua saham baru perseroan berhak memperoleh satu waran seri I di mana setiap satu waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.
Waran seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pembelian saham biasa atas nama yang bernilai nominal Rp10 setiap sahamnya dengan harga pelaksanaan sebesar Rp125 yang dapat dilakukan setelah enam bulan sejak efek dimaksud diterbitkan, yang berlaku mulai 9 Juni 2023 sampai dengan 9 Desember 2027. Total hasil pelaksanaan waran seri I adalah sebanyak-banyaknya senilai Rp93,75 miliar.
Sementara itu Direktur PT Isra Presisi Indonesia Tbk Imam Hozali menambahkan dengan menyandang status sebagai perusahaan terbuka akan menjadikan perseroan untuk selalu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam setiap langkah yang diambil.
"Diharapkan dengan menjadi perusahaan terbuka, perseroan dapat memanfaatkan kesempatan untuk berkembang dan tumbuh menjadi lebih besar yang tentunya dengan dukungan masyarakat sebagai salah satu pemegang saham," ujar Imam.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022