Singapura (ANTARA) - Ekuitas Asia sedikit lebih tinggi pada awal perdagangan Kamis, didukung oleh saham Hong Kong dan China sekalipun di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan kekhawatiran atas laju kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) membebani sentimen.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terdongkrak 0,19 persen, bersiap menghentikan penurunan beruntun dua hari. Pasar saham China dibuka 0,12 persen lebih tinggi, dengan Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak hampir 2,0 persen.
Kenaikan saham China terjadi setelah beberapa investor membukukan keuntungan pada Rabu (7/12/2022) sesudah pemerintah mengumumkan perubahan besar-besaran untuk melonggarkan kebijakan anti-COVID yang keras yang telah menghancurkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Di tempat lain di Asia,Indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,67 persen, sementara Nikkei Jepang jatuh mendekati level terendah satu bulan.
Pasar umumnya berjuang untuk mendapatkan arah karena para pedagang mencerna data yang menunjukkan bahwa produktivitas pekerja AS pulih pada kecepatan yang sedikit lebih cepat dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga, tetapi tren tetap lemah, membuat biaya tenaga kerja tetap tinggi.
Meningkatnya kekhawatiran bahwa bank sentral AS mungkin mempertahankan siklus kenaikan suku bunga yang lebih lama setelah laporan pekerjaan dan sektor jasa-jasa yang kuat telah mengurangi selera risiko investor.
Baca juga: IHSG tengah pekan ditutup jatuh, tertekan aksi jual investor asing
Yang juga membebani pasar ekuitas adalah imbal hasil obligasi pemerintah AS, dengan surat utang lima tahun hingga obligasi 30 tahun melayang di posisi terendah tiga bulan.
"Hal yang menonjol adalah apa yang terjadi di pasar obligasi pemerintah AS, tampaknya tidak banyak yang tertinggal dan saya pikir itulah yang mendorong sebagian besar pasar lainnya," kata Kepala Riset ING Asia-Pasifik, Rob Carnell.
"Menjelang FOMC minggu depan, kita mungkin melihat kisaran perdagangan sempit."
Wall Street ditutup lebih rendah pada Rabu (7/12/2022), dengan indeks S&P 500 turun untuk sesi kelima berturut-turut, sementara Nasdaq yang padat teknologi berakhir lebih rendah untuk hari keempat berturut-turut.
Banyak pelaku pasar percaya bahwa inflasi sedang moderat dan imbal hasil obligasi telah mencapai puncaknya, memungkinkan bank sentral untuk mulai memperlambat kenaikan suku bunga ketika para pembuat kebijakan dari Fed, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa bertemu minggu depan.
Baca juga: Dolar naik tipis, prospek pertumbuhan yang kian gelap rusak sentimen
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan setelah memberikan empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut.
Bank sentral Kanada pada Rabu (7/12/2022) mengisyaratkan bahwa operasi pengetatan bersejarahnya hampir berakhir ketika menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, level tertinggi dalam hampir 15 tahun.
Sementara itu, imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun naik 4,3 basis poin menjadi 3,451 persen, sedangkan imbal hasil surat utang negara bertenor 30 tahun naik 3,4 basis poin menjadi 3,448 persen. Imbal hasil kedua surat utang tersebut menyentuh level terendah tiga bulan pada Rabu (7/12/2022).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 3,9 basis poin pada 4,296 persen.
Di pasar mata uang, indeks dolar naik 0,171 persen, dengan euro turun 0,05 persen menjadi 1,05 dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2184 dolar, turun 0,12 persen.
Harga minyak sedikit menguat di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah tenggelam ke level terendah tahun ini. Minyak mentah AS naik 0,96 persen pada 72,70 dolar AS per barel dan Brent berada di 77,79 dolar AS, naik 0,8 persen.
Baca juga: Harga minyak naik tipis, kebangkitan China imbangi pembatasan Rusia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022