Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan virus-like particle (VLP) dengan menggunakan sistem ekspresi ulat sutera sebagai salah satu pendekatan pengembangan vaksin.

"VLP berbeda dengan virus aslinya karena tidak memiliki materi genetik sehingga tidak dapat menular dan bereplikasi, ini yang menyebabkan VLP aman dibandingkan menggunakan virus hidup dalam pengembangan produksi vaksin," kata peneliti Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN Doddy Irawan Setyo Utomo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dalam penelitiannya, Doddy menggunakan ulat sutera sebagai sistem ekspresi protein dalam pengembangan VLP karena dapat meningkatkan stabilitas protein, modifikasi pasca-translasi, hasil protein yang disekresikan lebih tinggi, tidak diperlukan kondisi aseptik, serta sistem ekspresi protein yang berkelanjutan serta ramah lingkungan.

Doddy menuturkan jika dibandingkan dengan pendekatan pengembangan vaksin lain, VLP memiliki imunogenisitas tinggi dan keamanan tinggi, sehingga VLP menjadi suatu kandidat pengembangan vaksin yang cukup ideal.

VLP merupakan bentuk dari protein struktural virus sehingga memiliki sifat inheren dan kemampuan untuk merakit sendiri serta meniru morfologi dari patogennya.

VLP dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme infeksi virus dan juga untuk melihat apakah VLP tersebut dapat memicu sistem kekebalan tubuh.

Baca juga: Eijkman: Kuasai teknologi pengembangan vaksin untuk kemandirian bangsa

Baca juga: BRIN: Pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia jadi tantangan besar

Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19

Doddy mengatakan alasan penggunaan teknologi VLP adalah karena struktur geometrinya mirip dan keseragamannya luar biasa yang berulang pada bagian permukaan, memiliki sifat partikulat dan dapat multivalen serta antigeniknya bersifat sama dengan yang aslinya.

Selain itu, VLP aman, tidak menular dan tidak bereplikasi sehingga dapat dijadikan suatu vektor atau kendaraan untuk menampilkan antigen asing pada permukaannya. Bagian dalamnya yang kosong (hollow) dapat diisi dengan material-material untuk berbagai terapi.

VLP juga mempunyai stabilitas cukup tinggi dalam kondisi lingkungan yang cukup ekstrem dibandingkan menggunakan antigen terlarut.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022