Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia terhuyung-huyung lebih rendah pada awal perdagangan Rabu, karena sedikit harapan untuk soft landing ekonomi yang lemah di Amerika Serikat, dan investor menahan antusiasme mereka tentang pembukaan kembali China.
Indeks S&P 500 telah turun untuk sesi keempat berturut-turut semalam dan rem telah datang pada reli yang telah berlangsung hampir dua bulan. Minyak juga turun tajam dan, dengan Brent berjangka di 79,50 dolar AS per barel, kembali ke awal tahun.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang melemah 0,4 persen dan indeks Nikkei Jepang merosot 0,5 persen.
"Beberapa optimisme yang mendorong reli sedang diuji," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Australia.
"Kita mungkin sedang beralih dari situasi mengkhawatirkan tentang inflasi dan suku bunga, ke situasi di mana hal negatif menjadi pelemahan pertumbuhan dan penurunan laba."
Induk Facebook, Meta juga menyeret turun pasar, dengan sahamnya merosot 6,8 persen, menyusul laporan bahwa regulator Uni Eropa telah memutuskan perusahaan perlu bertanya kepada pengguna sebelum menjalankan iklan berdasarkan data pribadi mereka.
Di Amerika Serikat, bank-bank besar bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan karena inflasi dan kenaikan suku bunga mengancam permintaan konsumen, dengan para eksekutif puncak di Goldman Sachs, J.P. Morgan dan Bank of America semuanya terdengar suram dalam sambutannya pada Selasa (6/12/2022).
"Pertumbuhan ekonomi melambat," kata CEO Goldman Sachs David Solomon. "Ketika saya berbicara dengan klien kami, mereka terdengar sangat berhati-hati."
Kekhawatiran pertumbuhan mendorong obligasi bertenor lebih lama dan membantu safe-haven dolar AS untuk menghentikan penurunannya baru-baru ini.
Imbal hasil obligasi AS 10-tahun turun 8,6 basis poin menjadi 3,513 persen semalam dan terakhir di 3,5442 persen. Itu lebih dari 80 basis poin di bawah imbal hasil dua tahun karena investor memperhitungkan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Pedagang di Asia dengan cermat menimbang prospek pelonggaran kontrol COVID-19 China dan apa artinya bagi ekonomi terbesar kedua dunia dan permintaan regional.
Beijing pada Selasa (6/12/2022) mengizinkan penduduk masuk ke taman, supermarket, kantor, dan bandara tanpa tes.
"Ini saja akan mulai membuat perbedaan pada angka konsumsi jika direplikasi di seluruh negeri," kata ahli strategi BNY Mellon, Geoff Yu. "Tapi eksekusi itu penting," tambahnya.
"Dan hanya ada sedikit preseden untuk apa yang ingin dicapai negara ... dunia perlu bersiap untuk implikasi inflasi, yang menyertai setiap pembukaan kembali besar."
Harga minyak telah merosot dengan ekspektasi permintaan yang menurun dan sekarang duduk lebih dari 40 persen di bawah level tertinggi hampir 140 dolar AS per barel yang terjadi tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Di pasar valuta asing, dolar berusaha stabil setelah kegembiraan tentang perlambatan kenaikan suku bunga AS telah menjatuhkannya dari level tertinggi tahun ini.
Dolar menguat pada 137,02 yen di Asia pada Rabu pagi dan diperdagangkan pada 1,0467 dolar per euro. Dolar Australia secara luas stabil di 0,6707 dolar AS meskipun pertumbuhan kuartal ketiga Australia sedikit di bawah perkiraan.
Dolar Kanada melayang di 1,3644 per dolar AS menjelang kenaikan suku bunga yang diperkirakan oleh bank sentral Kanada pada Rabu. Indeks dolar AS duduk di 105,5.
Emas spot stabil di 1.773 dolar AS per ounce dan bitcoin berada di 17.000 dolar AS, tidak ke mana-mana dengan sentimen mata uang kripto rapuh karena dampak dari jatuhnya bursa kripto FTX.
Baca juga: Saham Asia tarik arus masuk asing bulanan tertinggi dalam dua tahun
Baca juga: Saham Asia catat penurunan terbesar dalam 2 minggu, dolar menguat
Baca juga: Saham Asia naik didukung harapan pembukaan China dan keuntungan minyak
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022