Singapura (ANTARA) - Dolar merayap sedikit lebih tinggi di awal sesi Asia pada Rabu pagi, karena para eksekutif puncak dari bank-bank terbesar AS memperingatkan resesi yang akan datang, yang mengurangi selera risiko dan membuat greenback tetap mendapat dukungan.

Para bankir top dari JPMorgan Chase & Co, Bank of America, dan Goldman Sachs, semalam mengatakan bahwa bank-bank bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan, karena inflasi mengancam permintaan konsumen.

Terhadap dolar, sterling turun 0,4 persen semalam, dan terakhir diperdagangkan 0,05 persen lebih rendah di 1,2128 dolar di awal perdagangan Asia.

Greenback naik 0,16 persen semalam terhadap yen Jepang, tetapi menghapus sebagian dari kenaikan tersebut di awal perdagangan Asia dan turun 0,04 persen menjadi 136,97 yen.

"Kami telah memperkirakan resesi di AS, Inggris, zona euro, dan Jepang... Itu bagian dari garis dasar kami," kata Kepala Ekonomi Internasional dan Berkelanjutan Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso.

"(Itu) akan memberikan lebih banyak dukungan kepada dolar AS, sebagai mata uang safe-haven."

Baca juga: Bank-bank besar AS peringatkan resesi karena inflasi rugikan konsumen

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS bertahan 0,05 persen lebih tinggi di 105,60. Indeks dolar telah meningkat hampir 0,3 persen semalam, memperpanjang reli singkat untuk sesi kedua berturut-turut setelah data jasa-jasa dan pabrik AS yang dirilis pada awal pekan menunjukkan momentum yang mendasari ekonomi terbesar di dunia itu.

Ini mendukung pandangan bahwa sementara Federal Reserve (Fed) dapat mengurangi kecepatan kenaikan suku bunganya, suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Di tempat lain, euro terakhir diperdagangkan 0,13 persen lebih rendah pada 1,0460 dolar. Dua pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) telah mengisyaratkan bahwa inflasi dan suku bunga mungkin mendekati puncaknya, menjelang pertemuan kebijakan moneter ECB minggu depan.

Aussie terakhir 0,16 persen lebih tinggi pada 0,6699 dolar AS, setelah reaksi redup menyusul rilis data produk domestik bruto pada Rabu, yang menunjukkan bahwa ekonomi Australia sedikit melambat pada kuartal September.

Mata uang Antipodean tetap didukung oleh sikap hawkish dari bank sentral Australia, yang pada Selasa (6/12/2022) mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mendinginkan inflasi, setelah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level tertinggi 10 tahun.

Kiwi turun 0,02 persen menjadi diperdagangkan di 0,6317 dolar AS.

Baca juga: Dolar bertahan kuat, dipicu taruhan Fed hawkish & Aussie terkerek RBA

Di Asia, data perdagangan China untuk November juga akan dirilis pada Rabu, dan diperkirakan akan menunjukkan kontraksi lebih lanjut dalam ekspor dan impor negara tersebut.

"Lonjakan ekspor di kawasan Asia-Pasifik telah berkurang secara pasti," kata Kepala Strategi Valas Asia RBC Capital Markets, Alvin Tan. "Ini menambah urgensi pada kebutuhan China untuk meningkatkan permintaan domestik guna mengkompensasi ekspor yang goyah dan sektor konstruksi properti yang masih lemah, sehingga jauh dari nol-COVID."

Yuan di pasar luar negeri terakhir sedikit lebih tinggi pada 6,9845 per dolar, didukung oleh pelonggaran pembatasan COVID-19 China yang paling ketat.

Negara itu dapat mengumumkan 10 langkah pelonggaran COVID-19 baru pada Rabu, kata dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters.

Baca juga: Yuan menguat 638 basis poin, menjadi 6.9746 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022