Beirut (ANTARA) - Pengungsi Suriah menyayangkan keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menghentikan pemberian bantuan keuangan bulanan mulai awal 2023.
Jamal Abu Lutfi, seorang pengungsi asal Suriah, dan keluarganya berkumpul di sekitar tungku kayu bakar tua di tenda mereka di Kota Saadnayel, Bekaa, Lebanon, mencemaskan tentang masa depan setelah menerima pesan teks suram dari PBB.
"Kami terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba dan sangat disayangkan ini, yang akan menyebabkan rasa malu dan kesulitan bagi keluarga saya. Kami tidak akan dapat memenuhi kebutuhan mendesak kami mengingat kenaikan harga yang melambung tinggi," kata Abu Lutfi seperti dikutip Xinhua, Selasa.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Program Pangan Dunia (WFP) pada November mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan bantuan keuangan bulanan bagi 35.000 dari 269.000 keluarga pengungsi Suriah mulai Januari 2023.
Dalal Abu Huwaili, salah seorang pengungsi Suriah lainnya, mengatakan keputusan tersebut mungkin tidak akan memotivasi para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka, melainkan justru menambah kesulitan dan kesengsaraan mereka.
"Sebagian besar pengungsi lebih memilih untuk kembali ke tanah air mereka ketika solusi politik yang komprehensif sudah tercapai di Suriah dan perang sudah berakhir. Hanya dengan begitu kami dapat memiliki lingkungan yang aman untuk membangun kembali rumah kami dan hidup dengan damai," kata Huwaili.
Selain itu, Ahmad al-Suwaiqi, seorang sersan di kamp pengungsi Marj al-Khoukh di Kota Marjeyoun, Lebanon selatan, mengatakan bahwa pesan yang dikirimkan PBB itu memicu gelombang kepanikan di kalangan pengungsi karena sebagian besar dari mereka bergantung pada bantuan keuangan tersebut untuk bertahan hidup.
Sementara itu, juru bicara UNHCR Lisa Abou Khaled mengatakan sumber daya yang terbatas dari negara-negara pendonor memaksa UNHCR dan WFP membatasi bantuan keuangan mereka hanya untuk keluarga pengungsi rentan dan paling membutuhkan.
Dia menyebutkan 35.000 keluarga yang diputus bantuannya dapat memperoleh manfaat dari program bantuan lain yang menawarkan bantuan musim dingin untuk penghangat ruangan.
Pada 26 Oktober, Lebanon melanjutkan rencananya untuk memfasilitasi pemulangan secara sukarela para pengungsi Suriah ke negara mereka, yang sempat terhenti pada 2019 akibat COVID-19.
Lebanon menampung jumlah pengungsi terbesar per kapita. Pemerintah setempat memperkirakan sekitar 2 juta pengungsi Suriah tinggal di negara tersebut.
Otoritas Lebanon dan Suriah sebelumnya telah meminta sejumlah organisasi internasional untuk memberikan bantuan keuangan kepada pengungsi Suriah saat mereka pulang ke Suriah alih-alih memberikan bantuan saat mereka berada di wilayah Lebanon. Dengan begitu, itu dapat membantu mempercepat kepulangan pengungsi ke negara mereka.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022