New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), mengikuti pasar saham AS yang lebih rendah, setelah data sektor jasa-jasa AS menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve dapat melanjutkan jalur pengetatan kebijakan agresifnya.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari tergelincir 2,89 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi menetap di 82,68 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari merosot 3,05 dolar AS atau 3,8 persen, menjadi ditutup di 76,93 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak tersebut pada awalnya naik lebih dari dua dolar AS, sebelum berbalik arah. Selama sesi tersebut, kontrak bulan depan WTI mulai diperdagangkan lebih rendah dari harga setengah tahun, struktur pasar yang disebut contango, yang menyiratkan kelebihan pasokan.

Aktivitas industri jasa-jasa AS secara tak terduga meningkat pada November, dengan ketenagakerjaan pulih kembali, menawarkan lebih banyak bukti tentang momentum yang mendasari ekonomi ketika bersiap menghadapi resesi yang diantisipasi tahun depan.

Berita itu menyebabkan pasar minyak dan saham mengurangi keuntungan mereka.

Data menentang harapan bahwa Fed dapat memperlambat kecepatan dan intensitas kenaikan suku bunga di tengah tanda-tanda dari inflasi yang surut baru-baru ini.

"Kegelisahan ekonomi makro tentang The Fed dan apa yang akan mereka lakukan pada suku bunga mengambil alih pasar," kata Analis Grup Price Futures, Phil Flynn.

Mendukung pasar sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, pada Minggu (4/12/2022) sepakat tetap berpegang pada rencana Oktober mereka untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) mulai November hingga 2023.

Baca juga: Minyak naik setelah OPEC+ pertahankan target pengurangan produksi

"Keputusan itu ... tidak mengherankan, mengingat ketidakpastian di pasar atas dampak larangan impor minyak mentah Rusia oleh Uni Eropa mulai 5 Desember dan pembatasan harga G7," kata Wakil Presiden Konsultan Wood Mackenzie, Ann-Louise Hittle.

"Selain itu, kelompok produsen menghadapi risiko penurunan dari potensi pelemahan pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan nol COVID China."

Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dan Australia pekan lalu menyepakati batas harga 60 dolar AS per barel untuk minyak Rusia lintas laut.

Namun efek pembatasan harga di pasar berjangka selama sesi Senin (5/12/2022) kehabisan tenaga pada penghujung hari, kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, di Houston.

"Pasar telah menyadari bahwa Uni Eropa telah melarang pembelian minyak Rusia dengan beberapa pengecualian terbatas, dan China serta India akan melanjutkan dan membeli minyak mentah Rusia, sehingga dampak dari pembatasan harga akan berkurang," kata Lipow.

Pada saat yang sama, sebagai tanda positif untuk permintaan bahan bakar di importir minyak utama dunia, lebih banyak kota di China melonggarkan pembatasan COVID selama akhir pekan.

Aktivitas bisnis dan manufaktur di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, tahun ini terpukul oleh langkah-langkah ketat untuk mengekang penyebaran virus corona.

Baca juga: G7 akan batasi harga minyak Rusia atas perangnya di Ukraina

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022