Ambon (ANTARA) - Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Maluku Mercy Chriesty Barends ikut membantu renovasi "Baileo" atau Rumah Adat Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, sebagai salah satu upaya memperkuat entitas adat masyarakat setempat.
"Baileo ini merupakan pranata sosial sekaligus simbol entitas adat di Maluku. Renovasi baileo yang mengalami kerusakan di beberapa bagian ini sekaligus untuk membuktikan bahwa Negeri Latuhalat adalah negeri adat," kata dia dalam keterangan resmi diterima di Ambon, Senin.
Mercy pada Minggu (4/12) mengunjungi Negeri Latuhalat yang merupakan kampung suaminya, Arnold Lopulalan, untuk melihat proses renovasi Baileo "Latuhalawa Ukuhuri Papala" sekaligus menyerahkan bantuan sebesar Rp25 juta kepada Raja Latuhalat Audi Salhuteru yang didampingi sejumlah Saniri (Dewan Adat) Negeri Latuhalat.
"Sebagai anak-anak adat kalau dengar baileo itu artinya rumah adat, di mana orang tua-tua kita dulu kalau bertemu untuk selesaikan berbagai masalah apa saja berkaitan dengan negeri, maka semua buka tikar duduk di baileo atau rumah adat untuk membicarakan hingga tuntas," katanya.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari anak-anak adat, Mercy mengaku, terpanggil untuk ikut mendukung proses renovasi Baileo Negeri Latuhalat agar bisa selesai tepat waktu dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk merembuk berbagai program pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Negeri Latuhalat.
Raja Negeri Latuhalat Audi Salhuteru mengatakan bangunan baileo yang dibangun tahun 2006 itu mengalami kerusakan di beberapa bagian, terutama bagian atap yang menggunakan rumbia atau anyaman daun sagu, serta kayu-kayu penyangga, sehingga perlu dilakukan pergantian.
Renovasi dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama para tetua adat serta tiga pendeta yang bertugas di negeri itu. Renovasi telah dilaksanakan sejak 1 November 2022 dan pekerjaannya dilaksanakan oleh lima dari enam soa (marga) di negeri tersebut.
Ia membenarkan atap baileo yang sebelumnya memakai anyaman rumbia diganti dengan jenis spandek, disebabkan pihaknya kesulitan untuk memperoleh 7.000 lembar atap rumbia sekaligus. Padahal Raja dan saniri negeri telah menghubungi desa-desa yang warganya masih membuat atap, tetapi sudah tidak diperoleh dalam jumlah banyak.
"Yang masih dipertahankan dengan atap adalah bagian manumata atau penutup bagian depan baileo yang menggunakan atap rumbia, selebihnya menggunakan spandek," katanya.
Renovasi baileo tersebut menggunakan Dana Desa disamping sumbangan para donatur maupun swadaya masyarakat setempat sebesar Rp72 juta termasuk ongkos kerja sebesar 30 persen atau Rp18 juta serta pajak 12 persen.
Dia menambahkan baileo seluas 9x15 meter persegi itu sudah dua kali direnovasi dan hanya digunakan musyawarah desa, musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) maupun semua kegiatan bernuansa adat.
Baca juga: KKP-Yayasan Baileo Maluku perkuat perlindungan masyarakat adat pesisir
Baca juga: 60 UMKM Maluku meriahkan Maluku Baileo Exhibition Makassar
Baca juga: Masyarakat Kepulauan Aru harus adaptif dengan kemajuan global
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022