Terkait pemberian vaksin booster kedua pada lansia, pemerintah masih menyediakan layanan tanpa dipungut biaya apapun
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro menyatakan vaksinasi booster kedua atau dosis keempat bagi penduduk lanjut usia (lansia) merupakan salah satu ikhtiar bangsa Indonesia untuk mengakhiri pandemi COVID-19.
“Ini juga ikhtiar ketika kita sudah divaksinasi, risiko mengalami pemburukan dan juga kematian itu akan lebih rendah, kalau namanya ikhtiar berarti tidak ada salahnya untuk dilakukan,” kata Reisa dalam Siaran Sehat daring diikuti di Jakarta, Senin.
Reisa mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 masih terus terjadi. Di saat itu pula, tubuh memerlukan upaya lebih untuk terhindar dari penularan atau infeksi yang saat ini masih terbukti efektif dicegah dengan vaksinasi.
Sebab, antibodi yang telah diciptakan dari vaksinasi ternyata masih harus terus mendapatkan suntikan selanjutnya agar bisa memberikan proteksi yang optimal dan menghindarkan masyarakat terutama lansia dari pemburukan serta kematian.
Terkait pemberian vaksin booster kedua pada lansia, pemerintah masih menyediakan layanan tanpa dipungut biaya apapun. Oleh karenanya, bagi lansia yang sudah berusia di atas 60 tahun, bisa mendapatkannya setelah enam bulan dari terakhir kali booster pertamanya.
“Vaksin itu tidak ada efek buruknya kalau misalnya ada yang bilang vaksin memberi dampak negatif itu berarti hoaks ya, karena selama ini juga kita semua jadi terlindungi,” ucapnya.
Baca juga: Dinkes Yogyakarta layani vaksinasi booster kedua lansia di puskesmas
Baca juga: Penerima dosis ketiga vaksin COVID-19 capai 67,06 juta penduduk RI
Bentuk ikhtiar baik itu, terbukti dimana data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 4 Oktober-21 November 2022 menunjukkan kalau jumlah orang yang meninggal mencapai 2.449 jiwa dan didominasi oleh usia 60 tahun ke atas.
Dengan rincian 48 persen di antaranya belum divaksinasi sama sekali, delapan persen lainnya baru menerima dosis pertama, 26 persen menerima dosis kedua dan yang sudah booster hanya 18 persen.
Oleh karenanya, Reisa mengimbau supaya vaksinasi tidak dihentikan agar lansia dapat beraktivitas dengan nyaman, sekaligus sebagai upaya percepatan mengakhiri pandemi COVID-19 yang akan memasuki tahun ketiga.
Sementara bagi lansia di bawah usia 60 tahun, Reisa turut mengimbau untuk melengkapinya hingga booster pertama terlebih dahulu sembari menunggu Kemenkes mengumumkan kebijakan selanjutnya.
“Di luar usia itu dan di luar tenaga kesehatan sebaiknya lengkapi dulu booster pertama, karena cakupan untuk booster pertama juga belum seperti vaksinasi lengkap dua dosis. Jadi segeralah melengkapinya dulu,” ucapnya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menambahkan cakupan booster pertama sampai saat ini masih rendah, termasuk pada kelompok lansia.
Dalam dashboard vaksinasi Kemenkes per tanggal 4 Desember 2022 hingga pukul 18.46 WIB saja, booster pertama pada lansia baru mencapai 32,64 persen atau berkisar pada tujuh juta jiwa dan booster keduanya 0,72 persen atau 155.271 jiwa.
Dengan demikian, ia mengajak seluruh keluarga untuk melindungi lansia dari dampak buruk COVID-19 dan segera mendongkrak cakupan vaksinasi tersebut, dengan membawa lansia ke fasilitas kesehatan.
“Kalau anak-anaknya memang menyayangi orang tuanya, ayo kita vaksin mumpung ini masih disiapkan oleh pemerintah dan tersedia, ini yang bisa menjaga kita semua,” kata Syahril.
Baca juga: Reisa: Booster kedua tekan keparahan lansia hadapi COVID-19
Baca juga: Reisa imbau perkuat pengendalian diri selama COVID-19 masih ada
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022