Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia memperpanjang relinya pada Senin, karena investor berharap langkah-langkah untuk melonggarkan pembatasan pandemi di China pada akhirnya akan mencerahkan prospek pertumbuhan global dan permintaan komoditas, mendorong dolar turun terhadap yuan.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang bertambah 1,7 persen ke puncak tiga bulan, setelah melonjak 3,7 persen minggu lalu. Nikkei Jepang berakhir naik tipis 0,15 persen, sementara indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,62 persen.
Indeks CSI 300 saham-saham unggulan China berakhir menguat 1,96 persen, setelah melonjak 2,5 persen minggu lalu, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melonjak 4,51 persen. Sementara indeks acuan S&P/ASX 200 Australia terangkat 0,33 persen.
EUROSTOXX 50 berjangka bertambah 0,1 persen, indek FTSE berjangka datar. Sementara itu, S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka keduanya turun masing-masing 0,1 persen.
Berita pelonggaran pembatasan COVOD China membantu harga minyak menguat ketika negara-negara OPEC+ menegaskan kembali target produksi mereka menjelang larangan Uni Eropa dan pembatasan harga minyak mentah Rusia, yang dimulai pada Senin.
Lebih banyak kota di China mengumumkan pelonggaran pembatasan virus corona pada Minggu (4/12/2022) saat Beijing mencoba membuat kebijakan nol-COVID-nya tidak terlalu ketat setelah protes baru-baru ini terhadap pembatasan.
Ada juga laporan bahwa Beijing mungkin menurunkan klasifikasi ancaman untuk COVID-19, meskipun jadwal untuk langkah-langkah selanjutnya masih kurang jelas.
"Meskipun pelonggaran beberapa pembatasan belum sama dengan pergeseran besar-besaran dari strategi nol COVID yang dinamis dulu, itu adalah bukti lebih lanjut dari pendekatan yang bergeser dan pasar keuangan tampaknya sangat terfokus pada prospek jangka panjang daripada jangka pendek yang memukul aktivitas karena kasus virus tampaknya akan terus berlanjut," kata Taylor Nugent, seorang ekonom di NAB.
Sebelumnya, Wall Street telah kehilangan beberapa momentum pada Jumat (2/12/2022) setelah laporan penggajian AS yang kuat pada November menentang harapan untuk Federal Reserve yang kurang agresif, meskipun obligasi pemerintah masih berakhir dengan kenaikan kuat pada minggu lalu
Memang, imbal hasil surat utang 10-tahun telah turun 74 basis poin sejak awal November, secara efektif membatalkan sebagian besar pengetatan kenaikan suku bunga terakhir Fed yang terlalu besar.
Pasar bertaruh suku bunga Fed akan mencapai 5,0 persen dan Bank Sentral Eropa (ECB) sekitar 2,5 persen.
"Tetapi permintaan tenaga kerja AS dan kawasan Euro secara mengejutkan tetap kuat, dan di samping pelonggaran kondisi keuangan baru-baru ini, risikonya bergeser ke suku bunga terminal yang lebih tinggi dari yang diantisipasi untuk Fed dan ECB," kata Bruce Kasman, kepala penelitian ekonomi di JPMorgan.
"Kombinasi ketahanan pasar tenaga kerja dengan inflasi upah yang kaku menambah risiko bahwa Fed akan memberikan perkiraan suku bunga yang lebih tinggi dari 5,0 persen pada pertemuan mendatang dan bahwa konferensi pers Ketua Jerome Powell akan beralih ke panduan yang lebih terbuka mengenai plafon suku bunga jangka pendek."
The Fed akan bertemu pada 14 Desember dan ECB sehari setelahnya. Berbicara pada Minggu (4/12/2022), kepala bank sentral Prancis Francois Villeroy de Galhau mengatakan dia menyukai kenaikan setengah poin minggu depan.
Bank-bank sentral di Australia, Kanada, dan India diperkirakan akan menaikkan suku bunga mereka pada pertemuan minggu ini.
Penurunan tajam dalam imbal hasil AS telah berdampak pada dolar, yang turun 1,4 persen minggu lalu terhadap sekeranjang mata uang ke level terendah sejak Juni.
Dolar kehilangan 3,5 persen pada yen dan terakhir diperdagangkan di 134,34, meninggalkan puncak Oktober di 151,94. Euro melanjutkan kenaikannya menjadi 1,0578 dolar, setelah menambahkan 1,3 persen minggu lalu ke level tertinggi sejak awal Juli.
Dolar juga tergelincir di bawah 7,0 yuan dalam perdagangan luar negeri hingga mencapai level terendah dalam tiga bulan di 6,9677.
Penurunan dolar dan imbal hasil telah menjadi keuntungan bagi emas, yang naik 0,5 persen pada puncak empat bulan di 1.807 dolar AS per ounce setelah melonjak 2,3 persenminggu lalu.
Harga minyak melambung setelah OPEC+ setuju untuk tetap pada target produksi minyaknya pada pertemuan Minggu (4/12/2022).
Kelompok Tujuh (G7) dan negara-negara Uni Eropa pada Senin akan memberlakukan batas harga 60 dolar AS per barel pada minyak lintas laut Rusia, meskipun belum jelas apa dampaknya terhadap pasokan dan harga global.
Brent naik 1,67 dolar AS menjadi diperdagangkan di 87,24 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 1,46 dolar AS menjadi diperdagangkan di 81,44 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia dibuka menguat berharap pelonggaran pembatasan di China
Baca juga: Saham Asia berombak, investor hati-hati karena data China mengecewakan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022