Kiev (ANTARA) - Negara-negara kaya yang bergabung dalam Grup Tujuh (G7) mulai memberlakukan pembatasan harga untuk minyak Rusia pada Senin, sebagai upaya membatasi kemampuan Moskow untuk membiayai perang di Ukraina.
Rusia sebelumnya menegaskan bahwa mereka tidak akan mematuhi langkah tersebut meski harus memangkas produksi.
Tujuh negara dalam G7 adalah Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya dan Amerika Serikat.
G7 dan Australia pada Jumat menyetujui batas harga sebesar 60 dolar AS (sekitar Rp924.000) per barel untuk minyak mentah lintas laut dari Rusia setelah anggota Uni Eropa (EU) berhasil mengatasi keberatan dari Polandia. Rusia adalah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dunia telah menunjukkan kelemahan dengan menetapkan batas dengan harga sebesar itu, sementara Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Minggu bahwa kebijakan itu menjadi gangguan besar yang melanggar aturan perdagangan bebas.
"Kami sedang mengusahakan mekanisme untuk melarang penggunaan instrumen pembatasan harga, terlepas dari besaran yang ditetapkan, karena gangguan semacam itu dapat membuat pasar semakin tidak stabil," kata Novak, pejabat Rusia yang bertanggung jawab atas minyak, gas, energi atom dan batu bara.
"Kami akan menjual minyak dan produk minyak hanya ke negara-negara yang akan bekerja dengan kami di bawah kondisi pasar, bahkan jika kami harus sedikit mengurangi produksi," katanya.
Kebijakan G7 membuat Rusia hanya bisa menjual minyak mereka ke negara ketiga dengan menggunakan kapal tanker, perusahaan asuransi dan lembaga kredit dari G7 dan UE, jika minyak tersebut dibeli dengan batasan harga tertinggi 60 dolar AS per barel.
Pelaku industri dan seorang pejabat AS mengatakan pada Oktober bahwa Rusia sebenarnya masih bisa mengakses cukup banyak kapal tanker untuk mengirimkan sebagian besar minyaknya di luar ketentuan G7.
Menurut Zelenskyy, batasan harga 60 dolar AS tidak akan banyak berpengaruh terhadap Rusia dalam mengobarkan perang di Ukraina.
"Anda tidak bisa menyebutnya sebagai keputusan serius untuk menetapkan batas harga Rusia, yang cukup nyaman dalam anggaran negara teroris itu."
Amerika Serikat dan sekutunya telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari dan mengirimkan bantuan miliaran dolar kepada pemerintah Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menuai kritik dari Ukraina dan sekutu-sekutunya di Baltik pada akhir pekan akibat sarannya bahwa Barat harus mempertimbangkan kebutuhan Rusia untuk jaminan keamanan jika setuju untuk melakukan pembicaraan mengakhiri perang.
Penasihat Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa dunia membutuhkan jaminan keamanan dari Rusia, bukan justru sebaliknya.
Krisis Listrik
Di Ukraina, Rusia telah menggempur infrastruktur listrik sejak awal Oktober sehingga terjadinya pemadaman dan membuat jutaan orang tanpa alat pemanas di tengah suhu udara yang anjlok.
Rusia mengatakan serangan itu tidak menargetkan warga sipil dan dimaksudkan untuk mengurangi kemampuan Ukraina dalam berperang.
Namun, Ukraina mengatakan serangan itu adalah kejahatan perang.
Zelenskyy, dalam pidatonya lewat video pada Minggu, mengimbau warga untuk bersabar dan kuat menghadapi kerasnya musim dingin.
"Untuk melewati musim dingin ini, kita harus lebih tangguh dan lebih bersatu dari sebelumnya," katanya.
Pemasok listrik terbesar Ukraina, DTEK, mengatakan pemadaman direncanakan untuk tiga wilayah lain --Odesa, Donetsk dan Dnipropetrovsk-- di wilayah selatan dan timur Ukraina.
Di Kherson, sebagian besar penduduk tidak mendapatkan listrik sejak pasukan Rusia meninggalkan kota itu bulan lalu, dan gubernur setempat mengatakan 85 persen pelanggan masih menikmati listrik.
Serangan di Garis Depan
Di medan pertempuran, Zelenskyy mengatakan pasukan Ukraina memegang posisi di sepanjang garis depan, termasuk di dekat Bakhmut, yang dipandang sebagai target Rusia berikutnya dalam perjalanan melalui Donetsk.
Militer Ukraina mengatakan pasukan Rusia meningkatkan posisi taktis untuk bergerak maju ke Bakhmut dan Kota Avdiivka, yang berada di wilayah yang dikuasai Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya melakukan operasi yang sukses di daerah Bakhmut dan telah memukul mundur serangan Ukraina ke arah Donetsk.
Pasukan Rusia juga menembaki 25 permukiman di sepanjang garis depan di selatan, termasuk Kherson dan Nikopol yang ada di sisi waduk Kakhovka yang dikuasai Ukraina, di seberang pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia.
Anatoliy Kurtev, sekretaris pemerintah kota Zaporizhzhia, mengatakan pada Senin bahwa pasukan Rusia telah menyerang infrastruktur industri dan energi dengan roket sepanjang semalam.
Kepala intelijen AS mengatakan pertempuran di Ukraina berjalan dengan "tempo yang melambat" dan bahwa militer di kedua belah pihak sedang mempersiapkan serangan balasan setelah musim dingin usai.
Sumber: Reuters
Baca juga: Spanyol kepada EU: Bom surat 'bisa jadi terkait' perang di Ukraina
Baca juga: G7 akan batasi harga minyak Rusia atas perangnya di Ukraina
Baca juga: Beberapa kedutaan Ukraina terima "paket berdarah" berisi mata hewan
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022