Inspirasi Asia
Akan halnya Korea Selatan. Brazil yang walau terpeleset di tangan Kamerun dan menjadi lawannya dalam 16 besar edisi ini, masih merupakan tim terkuat di dunia.
Sebelum pertemuannya dengan tim Samba dalam 16 besar Piala Dunia 2022, Korea Selatan sudah tujuh kali bertemu dengan Brazil.
Enam pertemuan ini dimenangkan oleh Brazil, sedangkan satu lainnya dimenangkan Korea Selatan pada 1999. Tapi dalam laga persahabatan Juni tahun ini di Seoul, Brazil menang besar 5-1.
Itu adalah sedikit gambaran bahwa Brazil yang berperingkat satu dunia merupakan lawan yang terlalu sulit dikalahkan oleh Korea Selatan yang berperingkat 28 dunia.
Hanya segelintir tim berstatus raksasa yang biasanya bisa menghentikan Brazil dalam babak sepenting fase knockout Piala Dunia.
Baca juga: Brazil pastikan diri lolos ke 16 besar usai kalahkan Swiss 1-0
Walaupun demikian, kejutan Piala Dunia masih bisa dilakukan tim-tim yang dianggap lebih inferior.
Sebelum babak 16 besar, sejumlah tim besar termasuk Prancis, Spanyol, dan Brazil terkesan menghindari pertemuan dengan lawan yang dianggapnya berat dan berpotensi mengakhiri perjalanan mereka dalam mencapai puncak.
Ini terlihat dari cara mereka yang tidak menurunkan tim terkuat pada pertandingan terakhir atau tidak tampil ngotot seperti sebelumnya.
Mereka tak mau tersingkir lebih awal dengan memilih tim yang dianggap lebih bisa ditundukkan.
Keadaan ini menunjukkan masih ada pandangan bahwa yang lain lebih inferior yang mengisyaratkan bahwa kesenjangan dalam level kualitas sepak bola itu memang masih lebar.
Namun premis ini perlahan terbantahkan setelah tim-tim yang dianggap inferior tampil mengejutkan, termasuk Australia yang berperingkat 38 dunia yang memberikan perlawanan heroik kala menghadapi Argentina yang berperingkat tiga dunia.
Tak ada alasan bagi Jepang dan Korea Selatan untuk tidak bisa melebihi perjalanan Australia.
Baca juga: Kapten Korsel ingin buat keajaiban Piala Dunia lagi saat lawan Brazil
Pun tak ada alasan untuk inferior di hadapan Kroasia dan Brazil. Yang ada, mungkin malah semangat dan adrenalin yang memuncak ke level yang sebelum ini tak pernah dirasakan Jepang dan Korea Selatan.
Mereka, sebagaimana tim-tim Asia lainnya kecuali Qatar, akan tetap tampil dalam semangat tinggi sehingga pantang bagi mereka menerapkan taktik asal menang seperti strategi memarkir sebanyak mungkin pemain di daerah pertahanan sendiri.
Sayang, tim-tim Asia yang masuk 16 besar dan juga putaran final Piala Dunia, itu-itu saja.
Namun paling tidak mereka ada pelajaran menarik yang dipetik dari mereka selama Piala Dunia Qatar 2022 bahwa tim-tim Asia ini telah membuang jauh-jauh predikat pelengkap turnamen.
Sebaliknya Asia bisa sekompetitif tim-tim yang sudah mapan. Ini mungkin salah satu aspek yang bisa menginspirasi tim-tim Asia lain, termasuk Indonesia.
Baca juga: Melihat peluang tim-tim Asia dalam Piala Dunia 2022
Baca juga: Trisula PSG yang kini saling bersaing di Qatar
Copyright © ANTARA 2022