Hongkong (ANTARA News) - Pertumbuhan Asia diperkirakan masih tinggi pada tahun 2006 yang mencapai sekitar 7 persen, sama dengan tahun lalu, demikian IMF (Dana Moneter Internasional), Selasa. Disebutkannya, proyeksi yang menguntungkan itu berdasarkan utamanya dari momentum kawasan Asia ini telah konsolidasi pada kuartal baru-baru ini. Di Jepang, pemulihan tampak berlanjut menguat karena investasi korporasi meningkat dan pasar kerja menguat, yang menstimulasi pendapatan dan konsumsi rumah tangga, kata IMF dan proyeksi ekonomi regional Asia Pasifik. Sementara itu, perekonomian negara-negara di kawasan Asia itu mengambil untung dari permintaan eksternal terhadap produk-produk regional, terutama elektronik, kata IMF seperti dikutip XFN-Asia. Negara-negara yang dimaksudkan adalah China, India, Hongkong, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Pada saat yang sama inflasi terus menyusut, dengan proyeksi rata-rata tiga persen pada tahun ini. Namun kondisi tekanan harga itu akan bervariasi di kawasan tersebut, dengan tekanan harga terkuat di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. IMF menyebutkan negara industri Asia, yaitu Jepang, Australia dan Selandia Baru, akan tumbuh 2,8 persen tahun ini dan 2,2 persen 2007. Negara berkembang Asia akan tumbuh 8 persen tahun ini dan 7,7 persen tahun depan. China diperkirakan tumbuh 9,5 persen tahun ini dan 9 persen pada 2007, sedang India diperkirakan tumbuh 7,3 persen tahun ini dan 7 persen tahun depan. Empat negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand diproyeksikan tumbuh 5,1 persen tahun ini dan 5,7 persen tahun 2007. Meski proyeksi yang membaik untuk negara-negara kawasan Asia, IMF mencatat adanya risiko penting, khususnya dari harga minyak yang meningkat.Risiko lainnya berasal dari mengetatnya kondisi keuangan global. "Sejauh ini, kawasan ini diuntungkan dari lingkungan yang memiliki tingkat bunga jangka panjang yang rendah di AS, sehingga terjadi penurunan dalam selisih obligasi Asia dan peningkatan harga saham. Bila lingkungan global itu berubah, pasar keuangan Asia akan diuji," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006