Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubernur BI, Miranda S Goeltom, mengatakan rencana percepatan pembayaran utang Indonesia kepada Dana Moneter Internasional (IMF) sekitar 7,8 miliar dolar AS hampir pasti dilakukan. "Rencana percepatan pembayaran utang kepada IMF masih terus dibahas karena sejak dulu itu sudah dibicarakan, tapi arahnya akan dipercepat pembayarannya kepada IMF hampir pasti," kata Miranda, usai pembukaan Syariah Expo di Jakarta Convetion Center, Senayan, Jakarta, Selasa Namun, jelasnya, pembahasan selama ini belum mencapai keputusan apakah akan dibayar sekaligus atau dibayar secara mencicil dalam dua atau tiga kali pembayaran. "Itu belum diputuskan karena ada perhitungan-perhitungannya," katanya. Dia menjelaskan saat ini cadangan devisa yang tersimpan di BI sangat tinggi sekali. Sementara itu, Gubernur BI Burhanuddin Abdullah mengemukakan kemungkinan percepatan masih akan dihitung lagi. Mengenai cadangan devisa saat ini, ia mengatakan sekitar 43 miliar dolar AS. Cadangan devisa naik karena cadangan devisa Indonesia per Maret 2006 mencapai sekitar 41,5 miliar dolar. Jatuh tempo utang Indonesia kepada IMF sendiri adalah pada tahun 2010. Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko)Perekonomian Boediono menjelaskan agenda percepatan pembayaran utang kepada IMF masih harus menunggu kebijakan BI. "Intinya pertama-tama BI haruslah yang memutuskan ini. Kan uangnya di sana (BI) dan tidak dipakai di APBN," kata Boediono. Ia mengatakan BI akan menilai apakah percepatan pembayaran utang akan mendukung dan memang dibutuhkan oleh kestabilan ekonomi Indonesia. (*)
Copyright © ANTARA 2006