"Agar generasi muda tergerak untuk terus melestarikan budaya serta terbangun rasa cinta terhadap kekayaan sejarah bangsa," kata Kepala Dinas Kebudayaan DKI Iwan Henry Wardhana di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, pameran menampilkan kehidupan suku bahari Indonesia melalui materi budaya dan instalasi seni temporer.
Pameran bertajuk "art the fact" itu bertujuan mengenalkan berbagai budaya suku bahari Tanah Air dan pengaruhnya terhadap perubahan global serta memahami nilai-nilai tradisional suku bahari nusantara.
"Melalui pameran ini diharapkan masyarakat dapat menyebarkan informasi serta memperkaya wawasan melalui koleksi 'tangible' (berwujud) maupun 'intangible' (tidak berwujud) terkait budaya suku bahari nusantara," katanya.
Baca juga: Museum Bahari Jakarta buka Ruang Pameran Garis Nol Meridian Batavia
Baca juga: Warga bisa kunjungi dua museum di Jakut gratis
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari mengatakan, pameran itu diadakan menanggapi isu-isu inklusivitas dan tantangan perubahan global.
Dia menjelaskan, suku bahari memanfaatkan kearifan lokal, yakni alam untuk menjaga gaya hidup berkelanjutan. Namun, visualisasi dan narasi mengenai kearifan lokal suku bahari masih sangat terbatas.
Ia mencontohkan kearifan lokal Duku Lamalera yang melakukan perburuan paus dengan prinsip kelestarian agar keseimbangan alam tetap terjaga. Sedangkan Suku Mandar yang memanfaatkan hasil sumber daya alam seperti kerang laut, namun tetap menjunjung tinggi kelestariannya.
"Karena itu, kami berdedikasi untuk menyampaikan informasi ini melalui pameran yang diharapkan mampu menggambarkan budaya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan," katanya.
Untuk menarik minat masyarakat terutama keluarga dan anak-anak lebih mudah memahami, pihaknya menggunakan bahasa yang sederhana.
"Pameran ini kami harapkan dapat menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar di museum dan diharapkan anak-anak dapat merespons aktif melalui titik-titik interaktif yang kami sediakan," katanya.
Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari mengatakan, pameran itu diadakan menanggapi isu-isu inklusivitas dan tantangan perubahan global.
Dia menjelaskan, suku bahari memanfaatkan kearifan lokal, yakni alam untuk menjaga gaya hidup berkelanjutan. Namun, visualisasi dan narasi mengenai kearifan lokal suku bahari masih sangat terbatas.
Ia mencontohkan kearifan lokal Duku Lamalera yang melakukan perburuan paus dengan prinsip kelestarian agar keseimbangan alam tetap terjaga. Sedangkan Suku Mandar yang memanfaatkan hasil sumber daya alam seperti kerang laut, namun tetap menjunjung tinggi kelestariannya.
"Karena itu, kami berdedikasi untuk menyampaikan informasi ini melalui pameran yang diharapkan mampu menggambarkan budaya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan," katanya.
Untuk menarik minat masyarakat terutama keluarga dan anak-anak lebih mudah memahami, pihaknya menggunakan bahasa yang sederhana.
"Pameran ini kami harapkan dapat menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar di museum dan diharapkan anak-anak dapat merespons aktif melalui titik-titik interaktif yang kami sediakan," katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022