Teheran (ANTARA News) - Iran menyurati Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadukan ancaman serangan Amerika Serikat, kata kantor berita Iran IRNA hari Senin. Surat itu, disampaikan kepada pemimpin badan dunia itu oleh dutabesar Iran di New York Mohammad Javad Zarif, mengecam petinggi Amerika Serikat atas ancaman terbuka dan tidak sahnya untuk memakai kekerasan terhadap republik Islam Iran. "Itu merupakan pelanggaran nyata atas aturan dunia dan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata surat itu seperti dikutip kantor berita negara tersebut. Surat itu menyatakan ancaman kasar tersebut baru-baru ini disiarkan lewat sejumlah laporan di suratkabar Amerika Serikat dan mencatat tulisan di majalah "The New Yorker" bahwa perencana negara adidaya itu bahkan menyarankan penggunaan bom penembus bunker untuk menyarang sarana nuklir Iran. "Ancaman itu memasuki tahap baru dengan penolakan petinggi Amerika Serikat membantah laporan tersebut," kata surat itu. "Dengan demikian, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan perlu memperhatikan seksama ancaman dan pernyataan tidak sah itu serta mengambil tindakan tegas dan cepat," kata surat itu. Dalam terbitan 17 April-nya, majalah "The New Yorker" menyatakan pemerintah Presiden George W Bush merencanakan pemboman besar-besaran terhadap Iran. Berita serupa dilansir "Washington Post", tapi Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfeld membantah dengan menyatakannya "khayalan". Kendati demikian, Amerika Serikat tidak mengesampingkan tindakan ketentaraan sekalipun bersikukuh ingin menyelesaikan kemelut atas kegiatan nuklir Iran secara diplomatik. Iran secara tegas senantiasa menyatakan akan menggunakan nuklir hanya untuk pembangkit tenaga listrik. Pemerintah Iran hari Senin berjanji akan melawan tekanan atas kegiatan nuklirnya saat negara Barat siap mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil tindakan terhadap Teheran. Diplomat lima anggota tetap Dewan Keamanan dan Jerman bertemu di Paris hari Selasa dan pada tingkat menteri luar negeri di New York pada 9 Mei melanjutkan pembahasan laporan Badan Tenaga Atom Dunia (IAEA), yang menegaskan Iran belum mematuhi tuntutan membekukan pengayaan uranium. Amerika Serikat dan Eropa mengharapkan Rusia dan Cina menyetujui resolusi mendesak Iran menghentikan kegiatannya itu, yang dapat menghasilkan bahan bakar reaktor, namun juga mampu dikembangkan menjadi inti bom atom.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006