Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengusaha properti meminta agar pemerintah segera menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI rate), sebab tanpa penurunan itu roda perekonomian nasional, khususnya sektor riil dan properti, tidak dapat berjalan dengan baik.
Permintaan kalangan pengusaha properti itu disampaikan Ketua Real Estat Indonesia (REI), Lukman Purnomosidi, dan pengusaha properti Yan Mogi dalam Diskusi Terbatas Industri Properti yang dipandu Sugiharto Gunawan, di Jakarta, Senin.
Menurut Lukman, tanpa penurunan BI rate, para pengusaha akan kesulitan dalam memasarkan proyeknya karena tidak akan ada konsumen yang berminat.
Kalau BI rate pada kisaran 12-14 persen, maka kredit yang bisa diberikan perbankan berada pada kisaran 15-17 persen, lalu sampai kepada developer (pengembang) 18-19 persen, maukah konsumen membeli secara kredit dengan bunga 20 persen. Pasti tidak ada yang mau, kata Lukman.
Lukman mengusulkan, para pengembang saat ini sudah memberikan subsidi bagi pembeli rumah sangat sederhana (RSS) sebesar 5 persen.
"Tapi sampai berapa lama kondisi ini bertahan, para pengembang sekarang ini juga sudah mengalami masa sulit. Jadi, subsidi itu tidak bisa terus dilakukan," katanya.
Hal senada dikemukakan oleh pengusaha properti, Yan Mogi, situasi seperti ini harus segera dicarikan jalan keluar karena perbankan pun sudah tidak mampu lagi bergerak akibat dari enggannya kalangan pengusaha untuk melakukan permohonan kredit.
Bukan hanya sektor riil yang sulit sekarang ini, bank juga sulit sebab nggak ada pengusaha mengajukan kredit. Siapa yang sanggup untuk membayar bunga setinggi itu, jelasnya.
Dia juga mengusulkan, terobosannya adalah pemerintah harus lakukan gebrakan, misalnya dengan membangun rumah sangat sederhana secara besar-besaran dan berbiaya murah.
Lukman dan Yan Mogi yakin situasi perekonomian nasional bakal berubah dan mereka memprediksi dalam tahun ini BI bakal menurunkan suku bunganya pada tingkat yang lebih baik lagi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006