Jakarta (ANTARA) - Sejumlah informasi penting menghiasi berita ekonomi pada Kamis (1/12) mulai dari Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia terus ekspansi pada November hingga stok kedelai dalam negeri menipis.

Berikut rangkuman berita selengkapnya yang masih menarik untuk dibaca:

1. Ekspansi manufaktur

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyatakan ekspansi sektor manufaktur nasional yang masih berlanjut mengindikasikan permintaan dalam negeri masih kuat.

Ekspansi ini terjaga dalam 15 bulan secara berturut-turut dengan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia pada November berada di level 50,3 meski melambat dibanding bulan lalu yang mencapai 51,8.

Berita selengkapnya klik di sini

2. Inflasi November

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada November 2022 mencapai 0,09 persen dibanding bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), yang disumbang oleh kenaikan harga telur ayam ras dengan andil 0,02 persen.

"Inflasi secara bulanan terjadi karena ada peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,75 pada Oktober 2022 menjadi 112,85 pada November 2022," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.

Berita selengkapnya klik di sini

3. Belanja pemerintah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendorong pemerintah baik pusat maupun daerah untuk membelanjakan anggaran sebesar Rp537,2 triliun pada Desember 2022 dalam rangka meningkatkan momentum pemulihan ekonomi.

“Untuk tahun ini yang sekarang sudah mendekati bulan terakhir kita juga melihat bahwa belanja untuk 2022 harus diselesaikan,” katanya.

Berita selengkapnya klik di sini

4. Produk lokal

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa adanya sinergi antara tiga pilar utama dapat membantu memperluas pengembangan produk lokal.

"Sebagai pejabat pemerintah semua memiliki tugas untuk membuat UMKM menjadi sejahtera dan maju. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mensinergikan UMKM dengan pihak lainnya," ujarnya.

Berita selengkapnya klik di sini

5. Stok kedelai menipis

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyebutkan kenaikan harga tempe dan tahu disebabkan oleh stok kedelai di dalam negeri yang semakin menipis, sedangkan realisasi impor kedelai juga melambat.

"Kondisi ini kami himpun berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Kementerian Pertanian," ucapnya.

Berita selengkapnya klik di sini

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022