Taliban mengatakan bahwa insiden tembak-menembak di Daikundi antara anggota pasukan keamanan dan tersangka pemberontak bersenjata telah mengakibatkan kematian, namun mereka menyangkal bahwa anak-anak telah terbunuh.
Misi PBB (UNAMA) mengatakan pihaknya tengah bekerja untuk memastikan apa yang telah terjadi.
"(Terdapat) laporan-laporan yang sangat serius terkait korban dari kalangan masyarakat sipil, dengan pembunuhan di luar hukum, setidaknya delapan kematian, termasuk anak-anak," kata misi itu dalam sebuah tweet. "UNAMA telah melibatkan Taliban untuk keperluan investigasi dan akuntabilitas yang kredibel."
Juru bicara kementerian informasi Taliban belum menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari pernyataan PBB tersebut.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Abdul Nafi Takor mengatakan awal pekan ini bahwa pemberontak bersenjata telah diidentifikasi di daerah tersebut dan pasukan keamanan telah meminta para tetua setempat untuk campur tangan.
Dia menambahkan bahwa setelah orang-orang itu tidak mengikuti permintaan para tetua untuk melepaskan senjata mereka, pasukan keamanan memasuki sebuah properti di mana tersangka pemberontak hadir dan terjadi tembakan dari kedua sisi.
"Sembilan orang bersenjata tewas dan empat orang terluka dalam baku tembak. Mereka yang meninggal dunia merupakan mereka yang bersenjata dan mencoba memberontak, tidak benar adanya bahwa anak-anak telah dibunuh, atau kerusakan lain terjadi di sana," katanya.
Taliban mengatakan mereka fokus untuk mengamankan negara itu sejak mengambil alih tahun lalu, ketika pasukan asing ditarik.
Beberapa kelompok perlawanan mengatakan mereka telah melakukan operasi, sebagian besar di provinsi utara Panjshir di mana mereka bentrok dengan pejuang Taliban.
Pada September lalu, Taliban mengatakan mereka telah membunuh 40 anggota perlawanan, termasuk empat komandan mereka di Panjshir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Bom bunuh diri di Pakistan sasar polisi, tiga orang tewas
Baca juga: Militan Taliban di Pakistan akhiri gencatan senjata dengan pemerintah
Baca juga: PBB: Perlakuan Taliban pada perempuan mungkin kejahatan kemanusiaan
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022