Bontang, Kaltim (ANTARA) - UMKM mitra binaan PT Badak NGL Bontang, Kalimantan Timur, Telihan Recycle, berinovasi mengolah sampah aluminium pembungkus pipa gas (insulation) yang sudah tak terpakai milik PT Badak, menjadi baling-baling kapal yang dibutuhkan masyarakat nelayan di Bontang dan Kaltim.
"Kapasitas maksimal produksinya bisa mencapai 100 unit baling-baling per hari. Dijual dengan harga Rp15.000 per unit, lebih murah dari harga produk sejenis yang dijual di toko-toko," kata Manager CSR dan Relation PT Badak NGL, M Irfan Hidayat kepada wartawan yang berkunjung ke Kantor Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis.
Irfan mengatakan produk baling-baling kapal Telihan Recycle merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan yang mulai dijalankan PT Badak NGL pada tahun ini sebagai komitmen untuk turut menjaga lingkungan di wilayah Kota Bontang.
Komitmen tersebut diwujudkan dengan menginisiasi adanya program Salin Swara yang memiliki fokus terhadap pengelolaan sampah, bank sampah, dan pemanfaatan sampah terpadu masyarakat Bontang. Melalui program ini, diharapkan masyarakat dapat mengubah sudut pandang dalam menilai sampah yang semula dianggap negatif menjadi suatu hal yang positif serta sampah tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik secara lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Menurut Irfan, Telihan Recycle pada awalnya juga menjalankan pengelolaan bank sampah. Kemudian mulai tahun ini PT Badak memberikan dukungan untuk berinovasi menghasilkan produk daur ulang yang mempunyai nilai tambah lebih besar.
Selain memasok kebutuhan bahan baku limbah aluminium, menurut Irfan, pihak Badak NGL memberikan bantuan alat peleburan dan mendatangkan tenaga ahli teknologi peleburan dari Jawa untuk memberikan pelatihan kepada anggota Telihan Recycle.
Alfian, Koordinator Telihan Recycle, mengatakan dalam memproduksi baling-baling kapal, pihaknya sebagian besar memanfaatkan sampah aluminium dari PT Badak. Selain itu, ada juga sampah panci, kanvas rem dan lainnya dari rumah tangga, bengkel maupun pengepul yang ada di sekitar wilayah Kelurahan Telihan, Bontang.
Sampah-sampah tersebut dilebur lalu dibentuk menjadi baling-baling kapal atau juga menjadi batangan ingot dengan kemurnian hingga 98 persen.
Pembuatan batangan ingot ini untuk menjaga tingkat kemurnian aluminium serta menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada sampah alumnium. Oleh karena itu, dari 100 kg sampah alumunium, setelah dilebur menjadi ingot hanya sekitar 70 kg. Dari 1 kg ingot bisa untuk memproduksi 4-5 unit baling-baling kapal ukuran 13 PK.
"Ingot ini dipakai untuk membuat baling-baling kapal ukuran 13 PK dan sebagian dijual apabila dapat penawaran harga yang cukup bagus," ujar Alfian.
Alfian menjelaskan selama produksi baling-baling kapal sejak 3-4 bulan lalu, Telihan recycle sudah mampu mempekerjakan 5 pekerja dengan standar gaji UMR sekitar Rp3 jutaan per bulan.
"Total anggota Telihan Recycle ada 12 orang. Namun yang sudah mendapat pelatihan pembuatan baling-baling kapal aluminium ada 5 orang," katanya.
Alfian berharap PT Badak ke depan bisa juga membantu dalam memperluas pemasaran dan promosi produk baling-baling Telihan Recycle. Diharapkan, dukungan promosi itu dapat meningkatkan penjualan baling-baling dan memperluas area penjualannya hingga ke seluruh Kaltim.
Baca juga: Pertamina dukung UMK difabel di Maluku melalui program mitra binaan
Baca juga: Pertamina Hulu Rokan tingkatkan kapasitas masyarakat lewat TJSL
Baca juga: Pertamina catat 6.731 UMKM mitra binaan naik kelas selama tiga tahun
Baca juga: Sebelas UMK binaan Pertamina raih nilai ekspor hingga Rp9 miliar
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022