Moeldoko menyampaikan hal tersebut saat mengecek ketersediaan obat dan layanan untuk HIV di Puskesmas Jatinegara, Jakarta, Kamis, sebagaimana siaran pers yang diterima.
Sebagai informasi, cara kerja skrining HIV mandiri dengan OFT dilakukan dengan metode swab atau usap, yakni dengan memasukkan alat ke bagian dalam mulut, dan mengusapkan nya pada gusi.
Tes cepat HIV ini disebut mampu mendiagnosa infeksi HIV dengan tingkat akurasi 99,3 persen menggunakan cairan mukosa pada gusi (air liur gusi), dan hasilnya bisa diketahui dalam waktu 20 hingga 40 menit.
"Dengan alat ini masyarakat bisa melakukan tes HIV dengan mudah, murah, dan sangat terjaga kerahasiaan nya," ujar Moeldoko.
Moeldoko mengungkapkan, selama ini salah satu hambatan untuk meningkatkan cakupan tes dan pengobatan adalah ketersediaan dan keterjangkauan layanan tes HIV.
Termasuk kekhawatiran kurangnya kerahasiaan dan privasi, serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien.
Baca juga: Ahli kesehatan: Masyarakat tak perlu takut tes HIV cegah AIDS
Baca juga: Yayasan Pelangi Maluku sasar komunitas pemeriksaan HIV mandiri OFT
Hal itu, menurut dia, menyebabkan penanganan HIV di Indonesia belum bisa dilakukan dengan cepat karena jumlah orang yang mengetahui status HIV-nya masih rendah.
"Ini penting, karena setelah mengetahui statusnya maka mereka diharapkan akan segera datang ke layanan untuk mendapatkan pengobatan ARV (Antiretroviral)," ucapnya.
Dia mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mengeliminasi HIV pada 2030 melalui strategi “Triple 95”, yaitu 95 persen ODHIV mengetahui statusnya, 95 persen mendapatkan obat ARV, dan 95 persen yang diobati mengalami supresi virus.
Selain itu, imbuh dia, Kemenkes juga telah mencantumkan strategi pengendalian HIV-AIDS dalam bagian Standar Pelayanan Minimum di Fasilitas Layanan Kesehatan.
"Saya mengapresiasi kesiapan puskesmas Jatinegara dalam memberikan layanan HIV. Saya harap layanan ini harus semakin ditingkatkan," pesan Moeldoko di hadapan petugas puskesmas.
Baca juga: Kemkes ajak ODHA untuk tes viral load di Juli-September 2020
Pada kesempatan itu, Moeldoko juga mengimbau masyarakat berhenti memberikan stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHIV. Menurutnya, lingkungan yang suportif dan inklusif akan memberikan keamanan dan kenyamanan pada ODHIV, sehingga mereka bisa menjalani terapi tanpa ada tekanan.
Tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS Sedunia, di mana pada tahun ini peringatan Hari AIDS Sedunia mengusung tema “Equalize” yang menyerukan kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga Juni 2022, orang dengan HIV/AIDS-ODHIVA di seluruh provinsi Indonesia mencapai 519.158, dan dari jumlah itu, sekitar 85 persen berada pada usia produktif antara usia 20 hingga 49 tahun.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022