Jakarta (ANTARA) - Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO) pada Rabu menggelar seminar akbar sebagai bagian upaya untuk meningkatkan kegiatan anti-doping agar lebih berkualitas.
Seminar dengan tema “Sinergi Stakeholder dalam Mewujudkan Olahraga Indonesia Bebas Doping” itu dihadiri sekitar 250 peserta dari berbagai kalangan di antaranya KONI, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), NPC Indonesia, induk organisasi cabang olahraga Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Civitas Akademika, dan sejumlah pelatih serta atlet.
Tak hanya itu, seminar yang berlangsung sehari itu juga diisi dengan penyampaian materi dari Manajer WADA untuk kantor Asia Oceania Saravana Perumal dan Director General Organisasi Anti-Doping Asia Tenggara (SEARADO) Gobinathan Niar.
Seminar tersebut menjadi seminar perdana yang digelar IADO—yang dulu bernama LADI—sejak organisasi tersebut berdiri pada 2006 silam.
“Sebelumnya kami juga sudah menggelar seminar-seminar kecil untuk menyadarkan kembali betapa pentingnya (sosialisasi) tentang anti-doping ini. Kami belajar dari kasus tahun lalu ketika Indonesia disanksi WADA karena tidak patuh dengan pelaksanaan anti-doping,” kata Ketua Umum IADO Gatot S. Dewa Broto di Jakarta, Rabu.
Baca juga: WADA audit Organisasi Anti-Doping Indonesia pada tahun depan
IADO sebelumnya telah melakukan sosialisasi ke 15 provinsi -- mengacu pada 15 provinsi terbaik selama lima periode PON terakhir -- pada September lalu hingga November.
Gatot mengatakan sosialisasi harus gencar dilakukan karena ia menilai kegiatan anti-doping di Indonesia masih sangat ketinggalan dibanding negara-negara lain. Padahal aturannya sudah sangat jelas, yakni WADA Anti-Doping Code, peraturan standar anti-doping internasional, UNESCO International Convention Against Doping On Sport of 2005, Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2007 tentang Pengesahan International Convention Against Doping On Sport dan UU Nomor 22 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang membuka secara resmi seminar akbar. Ia mengatakan kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki citra Indonesia di mata WADA.
“Ini penting menjadi kesempatan berdiskusi dengan para pemangku kepentingan. Kegiatan ini bisa membuat citra Indonesia di mata WADA dan negara lain bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang punya komitmen olahraga yang sportif dan disiplin tentang anti-doping,” kata Zainudin.
“Kita baru sadar tentang pentingnya anti-doping ketika kita mendapat sanksi WADA. Saya berharap itu yang terakhir dan menjadi pembelajaran yang sangat berharga,” tutup dia.
Baca juga: IWF wajibkan pelatih angkat besi berlisensi anti-doping
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2022