Ahli strategi di broker itu mengutip tantangan lanjutan dari pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina yang meroketkan inflasi ke level tertinggi beberapa dekade dan memicu pengetatan kebijakan agresif sebagai alasan di balik prospek tersebut.
"Kami melihat kinerja global kemungkinan (sedang) diganggu oleh resesi tingkat negara yang 'bergulir' sepanjang tahun mendatang," kata Ahli Strategi Citi yang dipimpin oleh Nathan Sheets.
Bank investasi Wall-Street itu juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan turun lebih dari setengahnya menjadi 0,7 persen pada tahun 2023 dari proyeksi awal pertumbuhan 1,9 persen pada tahun 2022.
Citi memperkirakan inflasi AS tahun-ke-tahun di 4,8 persen tahun depan, dengan suku bunga terminal Federal Reserve AS diproyeksikan antara 5,25 persen dan 5,5 persen.
Baca juga: OECD: Pertumbuhan ekonomi global melambat jadi 2,2 persen pada 2023
Di antara geografi lainnya, Citi melihat Inggris dan kawasan euro jatuh ke dalam resesi pada akhir tahun ini, karena kedua ekonomi itu menghadapi panasnya kendala energi di sisi penawaran dan permintaan, bersama dengan kebijakan moneter dan fiskal yang lebih ketat.
Untuk tahun 2023 Citi memproyeksikan Inggris dan kawasan euro masing-masing berkontraksi 1,5 persen dan 0,4 persen.
Di China, broker memperkirakan pemerintah untuk melunakkan kebijakan nol-COVID, yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 5,6 persen tahun depan.
Pasar negara berkembang, sementara itu, diperkirakan tumbuh 3,7 persen, dengan pertumbuhan 5,7 persen India lebih lambat dari prediksi 6,7 persen tahun ini terlihat memimpin di antara ekonomi-ekonomi utama.
Baca juga: S&P Global turunkan perkiraan pertumbuhan negara berkembang tahun 2023
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022