Jakarta (ANTARA) - Dokter olahraga yang terhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) Grace Joselini Corlesa, MMRS., Sp.KO mengatakan penting untuk segera memeriksakan ke dokter ketika nyeri bahu tak kunjung usai setelah melakukan aktivitas termasuk olahraga.
“Jangan abaikan gejala. Ingat, semakin dini kita mendapatkan diagnosis dan pengobatan, semakin cepat pula kita pulih dan kembali bermain dan beraktivitas fisik atau berolahraga,” kata dr. Grace di Jakarta, Rabu.
Bicara soal gejala, beberapa di antaranya yang dapat dirasakan langsung adalah nyeri atau kesakitan di area bahu, ketidakstabilan dan gerakan bahu terbatas, serta bahu terasa lemah.
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah itu melanjutkan, cedera bahu sendiri sangat lazim dalam olahraga yang melibatkan ekstremitas tinggi.
“Cedera bahu dan nyeri bahu merupakan masalah substansial pada atlet yang melakukan gerakan overhead seperti pelempar bisbol dan softball, bola voli, kriket, dan pemain tenis,” kata dr. Grace.
Baca juga: Dokter sarankan pelari segera tangani cedera agar tak sakit berlanjut
Adapun ia menyampaikan, terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik dari cedera bahu. Untuk faktor risiko intrinsik meliputi riwayat nyeri bahu dengan/tanpa cedera bahu, rentang gerak dan fleksibilitas bahu.
Lebih lanjut, kelemahan otot dan ketidakseimbangan agonis/antagonis, diskinesis scapular, lamanya pasien berolahraga, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan tingkat permainan.
Sementara untuk faktor risiko ekstrinsik mencakup posisi atlet (misalnya dalam permainan bulutangkis, apakah dia main secara tunggal/single atau ganda/double), jenis pertandingan atau latihan, serta beban latihan atau frekuensi pertandingan.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika mengalami cedera bahu? Dokter Grace mengatakan terdapat teknik pertolongan yang disebut dengan istilah “PRICE”.
“PRICE digunakan untuk jenis cedera trauma, tegang, dan keseleo. Cara ini dilakukan pada 24 hingga 72 jam pertama setelah cedera.
Lebih lanjut, PRICE terdiri dari Protect (melindungi dengan gendongan lengan), Rest (istirahatkan bahu), Ice (berikan kompres es 10-15 menit per 4 jam), Compression (kompresi) dan Elevation (elevasi).
“Nah, jika cedera terlihat atau terasa parah, konsultasikan segera ke dokter,” kata dr. Grace.
Ia kembali menekankan penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan pencitraan dengan MRI untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan penanganan cedera bahu yang akurat dan optimal.
“Mengobati cedera olahraga sesegera mungkin agar tidak bertambah parah atau berisiko cedera lebih lanjut di kemudian hari,” ujar dr. Grace.
“Penanganan mengembalikan kondisi, bahkan lebih menguatkan. Melakukan latihan juga penting dalam proses pemulihan cedera bahu, agar kita bisa kembali berolahraga lebih cepat dan optimal,” imbuhnya.
Baca juga: Cedera lutut berat bila tidak dioperasi picu cedera di lutut sehat
Baca juga: Dokter Bedah: Orang aktif olahraga risiko tinggi alami cedera lutut
Baca juga: Jaga berat badan dapat kurangi risiko cedera olahraga
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022