Kawasan PPN Kejawanan memang dirancang untuk dibangun menjadi tempat wisata bahari kerakyatan
Cirebon (ANTARA) - Sore itu Matahari mulai turun ke peraduannya dan ombak di tepi pantai bergemuruh, namun banyak warga yang masih asyik bermain dengan sanak saudara.
Ada yang berlari-lari kecil sambil tertawa lebar, ada pula wisatawan berfoto ria dengan beragam gaya, untuk mengabadikan momen terindahnya.
Tangan-tangan mungil terlihat asyik mengumpulkan pasir untuk dijadikan mainan, mulai dari miniatur gunung, benteng, dan lain sebagainya. Aktivitas di pantai yang selama 2 tahun terakhir tidak terlihat, kini sudah kembali.
Ya, mereka sedang menikmati suasana Pantai Kejawanan, Kota Cirebon, yang baru selesai direnovasi dan ditata kembali bersamaan dengan pandemi COVID-19 sehingga selama 2 tahun kawasan itu ditutup untuk umum.
"Sudah lama mau ke Kejawanan, tapi selalu ditutup. Sekarang baru kesampaian. Ternyata sudah cukup rapi dan tertata, jadi lebih nyaman," kata wisatawan Kana Bii saat menemani adiknya bermain di kawasan Pantai Kejawanan.
Pantai Kejawanan yang dahulu tidak tertata, kini sudah bersolek, bahkan tidak ada lagi pedagang berjualan di sepanjang tanggul pemecah gelombang. Mereka kini menempati tempat yang lebih tertata.
Tidak hanya itu, lahan parkir pun sudah tersedia untuk menampung ratusan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat milik wisatawan sehingga tidak lagi berantakan.
Kondisi itu berbanding 180 derajat dibanding ketika dikunjungi pada sebelum pandemi COVID-19. Kala itu kawasan Pantai Kejawanan sangat tidak tertata dan ala kadarnya.
Namun, kini kawasan tersebut sudah lebih nyaman, bahkan terdapat permainan anak, tempat ibadah, tempat bilas, toilet, dan juga areal berpasir yang lebih baik.
Penataan
Pantai Kejawanan Kota Cirebon, Jawa Barat, masuk dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan yang berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pada saat pandemi COVID-19 seluruh kawasan tersebut ditutup, terutama untuk kunjungan warga yang akan berwisata.
Selain perintah dari KKP untuk dilakukan penutupan, Pantai Kejawanan juga sedang bersolek dengan menata dan membangun sejumlah fasilitas penunjang, seperti dermaga, pemecah ombak, serta penataan kawasan, yang dahulu hanya ada tumpukan sampah kini menjadi areal wisata.
Kini kawasan itu sudah makin menawan dan memanjakan wisatawan yang akan menghilangkan lelah.
Meskipun keindahannya belum menyamai pantai yang ada di Lombok, Bali, maupun Pangandaran, yang rata-rata memiliki pasir putih, Pantai Kejawanan memiliki ciri khas pantai yang berada di utara, dengan pasir hitam dan lumpur. Akan tetapi, kondisi alam seperti inilah yang membuatnya tampak unik dan eksotis. Tetap cantik ketika dinikmati dengan sanak famili.
Bahkan, setiap warga yang datang, pasti akan kaget dengan wajah baru, apalagi warga sekitar Cirebon yang memang akrab dengan kesan kumuh Pantai Kejawanan sebelum dilakukan penataan.
Kawasan tersebut kini menjadi alternatif wisata yang ada di Kota Cirebon. Pada awal pembukaan jumlah wisatawan langsung membeludak sehingga kawasan itu tidak dapat menampung antusiasme masyarakat.
"Kawasan PPN Kejawanan memang dirancang untuk dibangun menjadi tempat wisata bahari kerakyatan, yang tiketnya pun murah," kata Sub Koordinator Tata Kelola dan Pelayanan Usaha PPN Kejawanan Kota Cirebon Sri Handayani.
Pengunjung atau wisatawan hanya perlu bayar Rp5.000 per orang--di luar retribusi parkir--dan juga masuk kawasan PPN Kejawanan.
Pantai Kejawanan itu dibangun untuk dinikmati semua kalangan karena berkonsep wisata kerakyatan, sehingga dipastikan dapat tiket masuknya terjangkau oleh semua kalangan.
Pantai Kejawanan setiap harinya dikunjungi lebih dari 500 wisatawan, namun ketika akhir pekan maupun libur nasional, kawasan tersebut mendapat kunjungan lebih dari 4.000 orang turis dari berbagai daerah.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon mendata kunjungan wisatawan di daerah itu domestik maupun asing mencapai 3,2 juta hingga triwulan III 2022.
Setelah pandemi COVID-19 melandai, angka kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon terus mengalami peningkatan, bahkan setiap triwulan bisa mencapai 1 juta orang.
Data kunjungan wisatawan tersebut didapatkan dari beberapa sektor, mulai dari hotel, rumah makan atau restoran, dan juga obyek wisata yang berada di Kota Udang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Agus Sukmanjaya mencatat pada tahun 2021 wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon ada 3,6 juta, sedangkan pada tahun 2022, sampai triwulan III, sudah berada di angka 3,2 juta pelancong.
Target kunjungan wisatawan pada tahun 2022 yaitu 4 juta orang sehingga pihaknya optimistis sasaran tersebut bisa tercapai, apalagi data yang ada baru pada triwulan III.
Kolaborasi antardaerah
Peningkatan kunjungan wisatawan di Kota Cirebon juga tidak terlepas dari daerah tetangga. Untuk itu perlu ada kolaborasi dengan Kabupaten Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, untuk menggaet wisatawan domestik maupun asing agar datang ke Cirebon.
Kolaborasi antardaerah, terutama yang berdekatan atau tetangga, menurut Agus, sangat diperlukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, mengingat daerah tersebut juga sangat terjangkau.
Kota Cirebon sendiri memiliki wisata sejarah, budaya, dan kuliner, namun destinasi wisata alamnya hanya ada satu yaitu Pantai Kejawanan.
Adapun daerah lainnya seperti Indramayu memiliki wisata pantai, Kabupaten Kuningan banyak wisata alam, karena terletak di pegunungan, begitu juga di Majalengka.
Ketika wisatawan datang ke Yogyakarta, misalnya, mereka bisa ke Klaten, Gunungkidul, maupun lainnya, tapi yang mereka tahu Yogyakarta. Konsep rebranding seperti itu yang sedang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Cirebon.
Promosi bersama juga perlu dilakukan, agar ketika wisatawan yang datang ke Cirebon bisa menjangkau ke tiga daerah tersebut sekaligus. Oleh karena itu butuh kesadaran bersama untuk memajukan wisata daerah.
Selain itu, kredo pariwisata Sapta Pesona yang terdiri atas keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan, harus diterapkan, agar kian banyak wisatawan yang melancong ke Cirebon sehingga memberi tetesan kesejahteraan bagi warga dan pemda.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022