Kota Bengkulu (ANTARA) - Dosen Pembimbing Lapangan Kampus Mengajar Universitas Muhammadiyah Bengkulu Rossa Ayuni mengemukakan Program Kampus Mengajar yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Rossa Ayuni saat ditemui di Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Selasa, mengatakan bahwa di daerah 3T, masih banyak ditemukan siswa Sekolah Dasar (SD) yang belum memiliki kemampuan membaca dan menghitung. Namun, hal tersebut dapat diatasi berkat program Kampus Mengajar.
"Kita temukan di lapangan bahwa sudah kelas 4 SD, tapi banyak yang belum bisa baca dan menghitung. Tetapi, kehadiran mahasiswa yang mengikuti Kampus Mengajar ini dapat berkontribusi membantu sekolah, berkolaborasi dengan sekolah untuk sama-sama mengajarkan kepada anak tersebut," kata Rosa.
Baca juga: Nadiem ajak praktisi masuk ke dunia kampus melalui Praktisi Mengajar
Ia menambahkan dalam melaksanakan kegiatan Kampus Mengajar, para mahasiswa kerap mengemas kegiatan belajar mengajar dengan hal seru yang dapat menarik minat siswa seperti bermain gim.
Tak hanya itu, lanjut dia, para mahasiswa yang mengikuti program tersebut juga rajin memberikan les tambahan.
Salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang merupakan alumni program Kampus Mengajar angkatan tiga, Ameliani Rahma Santika, menceritakan pengalamannya saat dia bertugas di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.
Mahasiswa semester tujuh program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu bercerita bahwa saat bertugas, dia dan rekan-rekannya melakukan observasi terlebih dahulu. Kemudian, mereka melaksanakan program-program, seperti peningkatan literasi dan numerasi, adaptasi teknologi, dan administrasi.
"Untuk literasi kami melakukan kegiatan membaca buku yang ada di perpustakaan sebelum jam pelajaran, untuk numerasi kami menekankan perkalian. Yang adaptasi teknologi untuk kelas delapan, karena permintaan dari sekolah, untuk kegiatannya kami melakukan bimbingan Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft PowerPoint, sedangkan untuk administrasi, kami membantu memperbaiki ruangan Tata Usaha (TU)," ujarnya.
Menariknya, kata Ameliani, saat bertugas, ia menemukan ada lima siswa di sekolah tersebut yang masih belum mengenali huruf atau abjad.
Baca juga: Kemendikbudristek buka peluang 15.000 mahasiswa ikut Kampus Mengajar
Baca juga: Kemendikbudristek : Kampus Mengajar bantu kuatkan literasi siswa
Melihat kondisi tersebut, Ameliani dan rekan-rekannya dalam kurun waktu tiga bulan berusaha semaksimal mungkin berkolaborasi dengan sekolah untuk membantu anak tersebut hingga akhirnya bisa mengeja.
"Itu kelas delapan, kelas tujuh juga ada. Tapi, setelah kami bimbing, alhamdulillah akhirnya bisa meskipun patah-patah (mengeja)," ujarnya.
Ameliani mengaku bersyukur karena dapat mengikuti program Kampus Mengajar dan berkontribusi dalam upaya memajukan kualitas pendidikan. Apalagi, sebelumnya dia juga mendapatkan pembekalan yang menurutnya sangat bermanfaat.
"Saya sangat bersyukur bisa mengikuti program ini, yang mana kami juga diberikan pembekalan selama satu bulan," katanya.
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022