Program pemanfaatan sampah menjadi energi di Cilegon saat ini menjadi yang terbesar. Namun kami telah menyiapkan pilot plant dengan 5 ton per hari di Medan dan Balikpapan, dimana totalnya ada 5 lokasi
Cilegon (ANTARA) - PT PLN (Persero) melalui subholding PT PLN Indonesia Power bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, membangun Pabrik Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP Plant) terbesar dan pertama di Indonesia yang berlokasi di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagedung, Cilegon, Banten.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo di Cilegon, Selasa mengatakan bahwa kerja sama antara PLN dan Pemkot Cilegon dalam membangun BBJP ini merupakan upaya mengurangi sampah serta memberikan nilai tambah dalam penyerapan tenaga kerja lokal di daerah itu.
"PLN bersama seluruh entitasnya siap menjadi yang terdepan memimpin transisi energi, membawa Indonesia lebih bersih demi generasi mendatang. Sampah yang dulunya berserak kini diolah menjadi rupiah, ratusan tenaga kerja turut serta menjadi bagian dalam rantai pasok ini," katanya.
Ia menyebutkan BBJP Plant akan menyerap 30 ton sampah segar setiap hari atau 9.000 ton per tahun untuk diolah menjadi bahan bakar pengganti batu bara (co-firing) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya 8.
Selain itu, dengan adanya BBJP Plant ini membantu perseroan mendapatkan kepastian pasokan biomassa untuk bahan baku co-firing dan bisa menghemat ongkos produksi karena bisa memproduksi biomassa secara mandiri.
"Program pemanfaatan sampah menjadi energi di Cilegon saat ini menjadi yang terbesar. Namun kami telah menyiapkan pilot plant dengan 5 ton per hari di Medan dan Balikpapan, dimana totalnya ada 5 lokasi," ungkap dia.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menambahkan sebagai subholding di sisi hulu sistem kelistrikan di Indonesia, PLN Indonesia Power tak hanya mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT), namun juga berkomitmen dalam pengembangan pengelolaan sampah menjadi energi.
"Dengan metode biodrying PLN Indonesia Power telah melakukan riset terkait pengolahan sampah menjadi bahan bakar sejak tahun 2018. Nantinya BBJP ini untuk co-firing pada PLTU, dengan kata lain sampah di TPSA Bagendung ini akan diolah menjadi biomassa substitusi batu bara sebagai bahan bakar di PLTU," tambahnya.
Ke depannya, lanjut dia, instalasi BBJP Bagendung akan terus dikembangkan menjadi kapasitas 300 ton per hari dan PLTU Suralaya sebagai pembelinya.
"Sinergi ini memberikan dampak yang signifikan bagi semua pihak, karena program yang berpotensi menurunkan emisi karbon per tahun 2.064-2.886 ton CO2 dengan menurunkan pemakaian batu bara 3.600-5.000 ton per tahun ini juga menyerap ratusan tenaga kerja," paparnya.
Program ini juga dapat menggerakkan komoditas masyarakat sekitar dengan membangun kesadaran bahwa sampah dapat diolah oleh masyarakat dan bukan saja untuk dibuang di TPA, namun juga dapat dimanfaatkan hingga menjadi rupiah.
Menurutnya, langkah nyata PLN menjawab persoalan global. Dimana PLN dapat mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi, meningkatkan kapasitas nasional dengan prinsip environmental, social and governance (ESG).
Saat ini PLN Indonesia Power juga telah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk Program Citarum Harum dalam mengupayakan penyediaan desain dan teknologi pengolah SRF 100 ton per hari di 4 lokasi TPA di Jawa Barat yaitu di Karawang, Purwakarta, dan kabupaten Bandung yang masing-masing 30 ton per hari serta kota bandung 18 ton per hari.
"Dari potensi 30 ton sampah per hari terdapat potensi omzet sebesar Rp 6.661.450 per hari, namun untuk saat ini belum ada kontrak dalam penjualan biomassa ini," tegas Edwin.
Baca juga: UI-Paiton Energy hadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 234 kWh
Baca juga: PLN operasikan pembangkit listrik tenaga sampah di Bangka
Baca juga: Konversi pembangkit batu bara, PLN butuh 8 juta ton sampah/tahun
Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022