New York (ANTARA) - Lembaga pemeringkat S&P Global menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 untuk negara-negara berkembang pada Selasa, mengutip tekanan terus-menerus dari konflik Rusia-Ukraina, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan dan kondisi kebijakan moneter yang ketat.

Lembaga pemeringkat sekarang memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto riil sebesar 3,8 persen pada tahun depan, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,1 persen.

"Revisi turun untuk pertumbuhan berasal dari semua negara berkembang (emerging markets) tidak termasuk China dan Arab Saudi, dengan sebagian besar ekonomi siap untuk berkembang di bawah tingkat tren jangka panjang mereka," katanya, menambahkan bahwa perkiraan untuk tahun 2024 dan 2025 tetap tidak berubah, rata-rata sebesar 4,3 persen.

Baca juga: ADB pangkas prospek pertumbuhan negara berkembang Asia jadi 4,3 persen

Sementara inflasi di pasar negara berkembang telah melewati puncaknya atau segera mencapai puncaknya didorong penurunan inflasi makanan dan bahan bakar, inflasi masih siap untuk tetap di atas target bank sentral di banyak negara, memaksa kebijakan-kebijakan moneter untuk tetap membatasinya, lembaga tersebut memperingatkan.

"Tetapi perlambatan inflasi--ditambah dengan prospek pertumbuhan yang memburuk--dapat membawa pelonggaran kebijakan ke dalam agenda di beberapa EM ((emerging markets), terutama di Amerika Latin, pada pertengahan tahun depan," kata S&P.

Baca juga: OECD nilai pertumbuhan negara berkembang Asia stabil

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022