Jakarta (ANTARA) - China menyambut baik sanggahan Menteri Luar Negeri (Menlu) Sri Lanka Mohamed Ali Sabry atas narasi tentang apa yang disebut sebagai "perangkap utang" China di Sri Lanka, seperti disampaikan Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian di Beijing pada Senin (28/11).
Sabry mengatakan bahwa saat pihak Sri Lanka pergi ke China untuk mencari dana, China menghormati dan tidak pernah memaksa Sri Lanka untuk menerima pinjaman dana.
China juga memberi Sri Lanka beberapa fasilitas keuangan dan jalur kredit, serta bantuan kemanusiaan, kata Sabry, seraya menambahkan bahwa "perangkap utang" adalah ungkapan Barat.
Zhao mengatakan bahwa ini menjadi sanggahan kuat atas narasi tentang apa yang disebut sebagai "perangkap utang" China di Sri Lanka.
Jubir itu kembali menegaskan bahwa bantuan China ke Sri Lanka tidak pernah berkaitan dengan ikatan politik apa pun, dan China tidak pernah mencari keuntungan politik yang egois dari investasi dan pembiayaannya di Sri Lanka.
"China sepenuhnya memahami kesulitan dan tantangan yang dihadapi Sri Lanka serta mendukung lembaga-lembaga keuangan terkait untuk berdiskusi dengan Sri Lanka dan menyelesaikannya dengan baik. Kami selama ini telah memberikan dukungan bagi pembangunan sosial ekonomi Sri Lanka selama kemampuan kami memungkinkan," ujarnya.
Tahun ini menandai peringatan 65 tahun hubungan diplomatik China-Sri Lanka, dan peringatan 70 tahun Pakta Karet-Beras, ujar Zhao, mengungkapkan bahwa hal itu sangat penting dalam membangun pencapaian masa lalu dan berupaya mencapai kemajuan baru.
China akan bekerja sama dengan Sri Lanka untuk memajukan persahabatan tradisional, mempererat rasa saling percaya strategis, memperdalam dan memperluas kerja sama praktis, serta mengonsolidasikan dan memperluas kemitraan kerja sama strategis China-Sri Lanka guna memberikan manfaat yang lebih baik bagi kedua negara dan kedua bangsa, tegas Zhao.
Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022