Terserah Beijing untuk memutuskan apakah akan menggunakan pengaruh itu untuk perdamaian dan stabilitas

Seoul (ANTARA) - China tidak hanya memiliki tanggung jawab, tapi juga kapabilitas untuk mempengaruhi perilaku tetangganya Korea Utara, kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

Pernyataan itu dikemukakan saat menyampaikan imbauan kepada Beijing untuk membujuk Pyongyang agar tidak mengembangkan senjata nuklir dan peluru kendali yang dilarang.

Dalam wawancara khusus dengan Reuters pada Senin, Yoon mendesak China, sekutu terdekat Korea Utara, untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan jika tidak melakukan hal itu, maka akan banyak peralatan militer yang akan menumpuk di wilayah tersebut. .

"Yang pasti China memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Korea Utara, dan China memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam proses tersebut," kata Yoon di kantornya.

Baca juga: Korsel minta kerja sama China, Rusia untuk cegah tes rudal Korut

"Terserah Beijing untuk memutuskan apakah akan menggunakan pengaruh itu untuk perdamaian dan stabilitas", tambahnya.

Sikap Korea Utara menimbulkan peningkatan pengeluaran pertahanan di negara-negara di sekitar kawasan, termasuk Jepang, dan lebih banyak penempatan pesawat tempur dan kapal Amerika, kata Yoon.

Adalah kepentingan China untuk melakukan "upaya terbaik" untuk membujuk Korea Utara melakukan denuklirisasi, katanya.

Di tengah tahun yang penuh rekor untuk uji coba rudal, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan bahwa minggu ini negaranya berniat untuk memiliki kekuatan nuklir paling kuat di dunia.

Pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan Pyongyang mungkin bersiap untuk melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.

Uji coba Korea Utara membayangi beberapa pertemuan para pemimpin internasional bulan ini, termasuk konferensi Kelompok 20 di Bali, di mana Yoon menekan Presiden China Xi Jinping agar berbuat lebih banyak untuk mengendalikan provokasi nuklir dan rudal Korea Utara.

Xi sebaliknya mendesak Seoul untuk meningkatkan hubungan dengan Pyongyang.

Menjelang G20, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Xi bahwa Beijing memiliki kewajiban untuk mencoba berbicara dengan Korea Utara agar tidak melakukan uji coba nuklir ketujuh, meskipun dia mengatakan tidak jelas apakah China memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan sebelum pertemuan bahwa Biden akan memperingatkan Xi bahwa pengembangan senjata Korea Utara yang berkelanjutan akan mengarah pada peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut, sesuatu yang tidak diinginkan oleh Beijing.

Korea Selatan dan Amerika Serikat sepakat untuk mengerahkan lebih banyak "aset strategis" AS seperti kapal induk dan pembom jarak jauh ke kawasan itu, tetapi Yoon mengatakan dia tidak mengharapkan perubahan terhadap 28.500 pasukan darat Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan.

Ketika ditanya apa yang akan dilakukan Korea Selatan dan mitranya jika Korea Utara melakukan uji coba baru, Yoon menegaskan bahwa ia akan merespons dengan sesuatu yang "tidak terjadi di masa lalu", tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Akan sangat tidak bijaksana bagi Korea Utara untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh," katanya kepada Reuters.

"Kita harus menanggapi secara konsisten, dan sejalan satu sama lain," kata Yoon, menyalahkan kurangnya konsistensi dalam tanggapan internasional atas kebijakan Korea Utara selama tiga dekade.

China membela Korea Utara dalam Perang Korea 1950-53 dan telah mendukungnya secara ekonomi dan diplomatik sejak saat itu.

Tetapi para pengamat mengatakan Beijing mungkin memiliki kekuatan terbatas, dan mungkin sedikit keinginan untuk mengekang Pyongyang.

China mengatakan pihaknya telah menerapkan sanksi DK PBB, tapi juga menyerukan agar sanksi itu dilonggarkan dan bersama dengan Rusia, menghalangi upaya pimpinan AS untuk menjatuhkan sanksi baru.

Taiwan

Meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan Washington adalah inti dari kebijakan luar negeri Yoon saat ini dan di atas meja kerjanya terdapat tulisan "The Buck Stops Here", hadiah dari Biden.
"The Buck Stops Here" adalah istilah yang pernah dipopulerkan oleh Presiden AS Harry S. Truman berarti tanggung jawab ada di saya, atau tidak saling lempar tanggung jawab.

Seperti pendahulunya, Moon Jae-in, Yoon melangkah penuh hati-hati di tengah meningkatnya persaingan AS-China. China adalah mitra dagang terbesar Korea Selatan, serta mitra dekat Korea Utara.

Mengenai meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan, Yoon mengatakan setiap konflik di sana harus diselesaikan sesuai dengan norma dan aturan internasional.

Taiwan yang demokratis, yang diklaim China sebagai miliknya, mendapat tekanan militer dan politik yang meningkat dari Beijing, yang mengatakan tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan atas Taiwan.

"Saya dengan tegas menentang segala upaya untuk mengubah status quo secara sepihak," kata Yoon.

Ketika ditanya tentang peran yang dimainkan Korsel dan AS dengan pasukan yang ditempatkan di sana, Yoon mengatakan pasukan tersebut akan "mempertimbangkan situasi keamanan secara keseluruhan" tetapi kekhawatiran mereka yang paling besar adalah tindakan militer Korea Utara untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut. .

"Yang penting adalah menanggapi ancaman yang akan segera terjadi di sekitar kita dan mengendalikan ancaman yang mungkin terjadi," katanya.

Kerja sama kawasan

Yoon juga meningkatkan kerja sama dengan Jepang dalam mewujudkan tujuan utama tersebut, meskipun masih ada perselisihan hukum dan politik sejak pendudukan Jepang di semenanjung Korea tahun 1910-1945.

Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat telah sepakat untuk berbagi informasi secara langsung untuk melacak uji coba rudal balistik Korea Utara.

Sebagai bagian dari ekspansi militer terbesarnya sejak Perang Dunia Kedua, Jepang diperkirakan akan mendapatkan amunisi baru, termasuk rudal jarak jauh, pembelanjaan untuk pertahanan siber, dan menciptakan markas komando gabungan udara, laut, dan darat yang akan bekerja lebih erat dengan pasukan AS.

Ambisi militer Jepang telah lama menjadi isu sensitif di negara-negara tetangga, yang banyak di antara mereka dikuasai sebelum atau selama Perang Dunia II.

Pendahulu Yoon menghentikan banyak latihan trilateral dan hampir meninggalkan kesepakatan pembagian intelijen dengan Tokyo karena hubungan yang memburuk.

Sekarang Jepang menghadapi lebih banyak ancaman dari program rudal Korea Utara, termasuk uji coba yang melintasi pulau-pulau Jepang, kata Yoon.

"Saya yakin Pemerintah Jepang tidak bisa berdiam diri saat rudal Korea Utara melintas di atas wilayah mereka," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Korut kecam upaya AS untuk lucuti senjata Pyongyang
Baca juga: DK PBB lagi-lagi gagal sepakati tindakan terhadap uji coba rudal Korut

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022