London (ANTARA) - Pasar komoditas global terpukul pada Senin (28/11/2022) oleh kekhawatiran atas demonstrasi yang jarang terjadi di China terhadap pembatasan COVID-19, dengan minyak dan biji-bijian mencapai posisi terendah multi-bulan yang signifikan dan aset safe-haven emas menguat.
Protes menambahkan dimensi politik baru pada kekhawatiran investor setelah berbulan-bulan tindakan ketat untuk mengekang virus di salah satu importir bahan baku terbesar di dunia tepat ketika hambatan ekonomi global meningkat dan kekhawatiran resesi tumbuh.
Patokan internasional minyak mentah Brent menghapus hampir semua kenaikan yang terlihat pada tahun 2022 yang didorong invasi di Ukraina dan sanksi selanjutnya terhadap Rusia, mencapai level terendah 80,61 dolar AS per barel di awal sesi, terendah sejak 4 Januari.
Gandum paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) mencapai 7,82 dolar AS pada awal sesi Senin (28/11/2022), terendah sejak 22 Agustus.
"Pembatasan COVID yang sudah berlangsung lama di China sangat membatasi pertumbuhannya. Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, kerusuhan sipil yang ditambahkan ke latar belakang ini pasti akan menciptakan ketidakpastian yang sangat besar," kata Analis Pasar Senior OANDA, Craig Erlam, di London kepada Reuters.
"Masih harus dilihat apakah kepemimpinan mendengarkan dan mempertimbangkan melonggarkan kebijakan nol-COVID atau mencoba menggandakan kebijakannya dan menanggung konsekuensi ekonomi."
Baca juga: Investor harap Beijing cabut pembatasan COVID, protes guncang pasar
China tetap berpegang pada kebijakan nol-COVID khas Presiden Xi Jinping bahkan ketika sebagian besar dunia telah mencabut sebagian besar pembatasan.
Ratusan demonstran dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam ketika protes atas pembatasan berkobar untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota, dengan polisi pada Senin (28/11/2022) menghentikan dan menggeledah orang-orang di lokasi protes akhir pekan di Shanghai dan Beijing.
Harga emas naik ke level tertinggi lebih dari satu minggu pada Senin (28/11/2022), didorong oleh berkurangnya selera investor, sementara harga tembaga turun karena kekhawatiran permintaan China tetapi dolar yang lebih lemah membantu mendukung sentimen.
Dampak terhadap energi sangat tajam, karena pasar bersiap untuk pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) selama akhir pekan yang dapat mengendalikan pasokan tepat saat kesengsaraan ekonomi menekan permintaan.
"Sebuah krisis di pasar energi terus mengumpulkan tenaga di tengah eksodus pengelola uang. Kekhawatiran untuk permintaan minyak China menambah tekanan penurunan minyak karena kekhawatiran permintaan membebani," kata analis di bank Kanada TD Securities.
Sementara itu para pedagang menunggu langkah Beijing selanjutnya.
"CBOT berjangka lebih rendah di tengah meningkatnya infeksi Covid harian China dan protes akhir pekan atas kebijakan penguncian pemerintah," menurut konsultan AgResource Co yang berbasis di Chicago.
"Ada risiko ketidakstabilan sosial ketika para pedagang menunggu reaksi Presiden Xi."
Baca juga: PBB: Kondisi pasar komoditas pangan mungkin membaik pada 2022-2023
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022