Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih tahun lalu. Junta telah menangkap ribuan orang termasuk politikus, mahasiswa, wartawan, dan orang asing karena berusaha meredam perbedaan pendapat.
"Mengerikan. Saya mengerti konsep neraka," kata Kubota kepada wartawan di Tokyo, menggambarkan kondisi di penjara polisi tempat dia pertama kali ditahan usai demonstrasi pada Juli lalu.
Dia mengaku dirinya hampir tidak bisa berbaring saat tidur di sel kecil yang penuh sesak, kotor, dan tidak sehat.
Dia juga menyaksikan tahanan lain dipukuli dengan pentungan.
Kubota kemudian dipindahkan ke Insein, penjara peninggalan era kolonial Myanmar yang terkenal, di mana dia ditahan di sel isolasi.
Dihukum 10 tahun karena melanggar undang-undang penghasutan dan komunikasi, Kubota dibebaskan dalam amnesti massal bulan ini bersama seorang mantan Duta Besar Inggris dan penasihat ekonomi pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.
Penasihat ekonomi Suu Kyi, Sean Turnell, yang adalah warga negara Australia, juga menggambarkan sel-sel penjara yang kotor dan dia harus makan dari ember saat berada di penjara Myanmar dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The Australian pada Senin.
Vicky Bowman, Duta Besar Inggris pada 2002-2006 yang memimpin kelompok promosi bisnis di Myanmar, telah dipenjara karena pelanggaran imigrasi.
Jepang telah mengurangi bantuan ke Myanmar dan meminta militer untuk menghentikan kekerasan, tetapi tanggapan Tokyo lebih terkendali daripada sanksi ketat yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan lainnya terhadap Myanmar.
"Saya berharap pemerintah Jepang akan mengambil sikap yang lebih kuat terhadap militer Myanmar," kata Kubota.
Dia pun menekankan agar setiap dana yang mengalir dari Jepang ke Myanmar harus diawasi dengan cermat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Warga Australia yang dibebaskan Myanmar mendarat di Melbourne
Baca juga: Media pemerintah: Myanmar bebaskan 6.000 tahanan
Baca juga: Sekjen PBB serukan Junta Militer Myanmar bebaskan tahanan politik
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022