New York (ANTARA) - Dolar naik tipis terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dalam sesi yang tenang setelah liburan Thanksgiving AS, tetapi tetap mendekati posisi terendah multi-bulan karena prospek Federal Reserve memoderasi laju pengetatan kebijakannya membebani mata uang AS.
"Hari ini semua indikator sesi lain didominasi oleh konsolidasi dolar AS sebagai pengganti penggerak lintas-aset utama," kata Simon Harvey, analis valas senior di Monex Eropa.
"Likuiditas sangat terbatas, tidak ada yang dirilis di pasar lainnya," kata Harvey.
Euro tergelincir 0,1 persen terhadap dolar menjadi 1,04015 dolar, tetapi tetap tidak jauh dari tertinggi empat bulan di 1,0481 dolar yang disentuh pada pertengahan November. Untuk minggu ini, mata uang bersama naik 0,7 persen terhadap greenback.
Dolar telah menguat terhadap setiap mata uang utama tahun ini, didorong oleh kenaikan suku bunga besar-besaran Federal Reserve karena memerangi inflasi. Tetapi data harga konsumen AS yang lebih dingin dari perkiraan baru-baru ini telah mendorong taruhan investor bahwa reli dolar mungkin akan berakhir.
Risalah dari pertemuan November Federal Reserve, yang dirilis pada Rabu (23/11/2022), menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan di bank sentral setuju akan segera memperlambat laju kenaikan suku bunga.
Pada 30 November, Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan berbicara di Hutchins Center tentang Kebijakan Fiskal dan Moneter mengenai prospek ekonomi dan perubahan pasar tenaga kerja.
"Komentar pertama Powell sejak pertemuan 2 November akan sangat penting. Jika dia tidak mendorong kembali pelonggaran kondisi keuangan baru-baru ini, dukungan jangka pendek dolar mungkin tergelincir," kata Harvey.
Dolar naik 0,4 persen terhadap yen Jepang di 139,14 yen setelah data menunjukkan harga konsumen inti di ibu kota Jepang, indikator utama tren nasional, naik pada laju tahunan tercepat dalam 40 tahun pada November, menandakan tekanan inflasi yang meluas.
Sterling 0,21 persen lebih rendah pada 1,2084 dolar, karena investor tetap khawatir tentang prospek ekonomi Inggris.
Bank sentral China mengatakan pada Jumat (25/11/2022) akan memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan untuk kedua kalinya tahun ini, melepaskan sekitar 500 miliar yuan (69,8 miliar dolar AS) dalam likuiditas jangka panjang untuk mendukung perlambatan ekonomi.
Yuan China di pasar internasional turun sekitar 0,3 persen menjadi 7,2071 terhadap dolar, menuju kerugian mingguan kedua, karena kekhawatiran COVID-19 terus membebani.
Mata uang kripto yang mengalami penjualan intens setelah runtuhnya bursa kripto FTX, tetap berombak, dengan bitcoin turun 0,6 persen pada 16.485 dolar AS.
Baca juga: Dolar di jalur rugi mingguan, investor bersiap kenaikan Fed melambat
Baca juga: Dolar AS tergelincir karena selera risiko meningkat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022