Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Haris Pertama menyayangkan sikap oknum yang mengatasnamakan pimpinan OKP terhadap pernyataan Ketua Dewan Pembina Badan Pengurus Pusat HIPMI Bahlil Lahadalia mengenai kericuhan di Munas HIPMI XVII.

Menurut Haris, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, pimpinan organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) seharusnya bisa menjadi teladan bagi para anggotanya dan tidak mudah terprovokasi ataupun memprovokasi pihak mana pun.

"Sebagai pimpinan OKP yang juga anak muda, harusnya bisa menjadi teladan. Jangan memprovokasi harmonisasi kabinet pemerintahan Presiden Jokowi dengan sebentar-sebentar main copot," ujar Haris.

Sebelumnya, sejumlah oknum yang mengatasnamakan pimpinan OKP mengeluarkan pernyataan akan melaporkan Bahlil ke Mabes Polri. Laporan itu terkait dengan dugaan adanya ujaran kebencian, adu domba, dan pencemaran nama baik terhadap OKP yang dilakukan oleh Bahlil.

Selain itu, mereka juga mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar mencopot Bahlil dari jabatannya sebagai Menteri Investasi. Hal tersebut terkait dengan pernyataan Bahlil dalam Pembukaan Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Munas HIPMI) XVII di Solo, Jawa Tengah, Senin (21/11).

Dalam kesempatan itu, Bahlil mengungkapkan rasa kekecewaannya atas kericuhan yang terjadi antar-kader HIPMI di tengah pelaksanaan munas. Ia mengatakan peristiwa tersebut memalukan, seperti HIPMI adalah OKP.

Menurut Haris, komentar tersebut merupakan bentuk keprihatinan dan rasa cinta Bahlil sebagai mantan Ketum BPP HIPMI. Ia juga menilai hal tersebut merupakan wujud upaya Bahli menjaga muruah HIPMI.

"Tentunya, sebagai senior ataupun alumni HIPMI, beliau sangat menyayangkan forum munas sebagai ajang silaturahim antar-pengusaha muda bisa-bisanya terjadi adu jotos antar-peserta. Intinya, beliau menginginkan muruah HIPMI dapat terjaga sebagai organisasi himpunan pengusaha muda yang dapat solid berkarya untuk bangsa dan negara," jelas Haris.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022