Perlu adanya program riset iktioplankton di seluruh WPPNRI yang ditunjang dengan metode yang maju dan multi-inter-transdisipliner

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merekomendasikan adanya program riset iktioplankton terkait telur dan larva ikan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) untuk mendukung pengelolaan sumber daya ikan (SDI) berkelanjutan.

"Perlu adanya program riset iktioplankton di seluruh WPPNRI yang ditunjang dengan metode yang maju dan multi-inter-transdisipliner," kata peneliti Pusat Riset Oseanografi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Augy Syahailatua dalam acara pengukuhan gelar profesor riset yang diikuti virtual di Jakarta, Jumat.

Augy menuturkan hingga saat ini riset iktioplankton belum dilakukan secara komprehensif di seluruh WPPNRI karena luasnya teritorial laut Indonesia.

Untuk itu, perlu adanya kolaborasi riset antarlembaga dan dukungan pendanaan yang proporsional untuk melengkapi data dan informasi iktioplankton bagi pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan.

Riset iktioplankton merupakan studi biologi ikan pada fase telur dan larva yang mengungkapkan riwayat awal dari kehidupan ikan.

Riset tersebut akan memberikan informasi iktioplankton secara rinci seperti diversitas, distribusi, dan kelimpahan dari telur dan larva ikan yang dapat dijadikan sebagai basis data bagi riset selanjutnya.

Baca juga: BRIN: Inovasi dan teknologi tingkatkan nilai tambah biomassa

Baca juga: BRIN: Pembangunan pertanian dilakukan menyeluruh bagi ketahanan pangan

Hasil riset iktioplankton juga dapat digunakan untuk menduga lokasi potensial pemijahan ikan serta mengetahui kondisi larva ikan yang sangat terkait dengan proses rekrutmen stok ikan.

Augy mengatakan keberadaan data dan informasi tentang iktioplankton yang komprehensif menjadi penting untuk dapat memahami proses rekrutmen sumber daya ikan secara baik dan memperkuat sistem pengelolaan sumber daya ikan secara optimal sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Pakar bidang Oseanogeografi itu menuturkan selama 20 tahun terakhir, riset iktioplankton telah berhasil menjadi instrumen dalam penemuan daerah pemijahan berbagai spesies ikan sidat di perairan Indonesia, ikan tuna di Laut Banda, serta mengungkapkan beberapa aspek bioekologi larva ikan perairan subtropik.

Dengan diketahuinya lokasi pemijahan ikan sidat dan tuna tersebut maka perencanaan pengelolaan berkelanjutan terhadap sumber daya ikan dapat lebih mudah dirancang dengan baik.

Agar riset iktioplankton dapat terus berkembang di Indonesia, Augy menuturkan perlu dibangun sistem basis data telur dan larva ikan yang lebih baik dan didukung oleh fasilitas penyimpanan koleksi iktioplankton yang memadai, sehingga dapat dijadikan sumber rujukan iktioplankton nasional.

Baca juga: BRIN: Riset dan inovasi dukung pangan dan pertanian berkelanjutan

Riset iktioplankton juga perlu didukung dengan integrasi penggunaan analisis DNA dengan teknik pengindraan jauh untuk memantau variabel oseanografi serta dilakukan dengan menggunakan kapal riset dan peralatan pengambilan sampel yang memadai.

Di samping itu, untuk dapat menjangkau wilayah laut Indonesia yang luas, riset iktioplankton harus didukung oleh fasilitas kapal riset dan peralatan laboratorium terkini untuk identifikasi telur dan larva ikan secara benar dan tepat.

"Semua ini tentu perlu didukung oleh kolaborasi riset yang solid antarperiset iktioplankton di tanah air, baik yang berada di lembaga dan organisasi riset maupun di perguruan tinggi," tuturnya.

Baca juga: BRIN sebut pengembangan ekonomi hijau masih bersifat proyek

Baca juga: BRIN manfaatkan pengindraan jauh untuk pantau pertumbuhan padi

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022