Makassar, (ANTARA News) - Pihak-pihak terkait diminta meningkatkan pengawasan yang lebih ketat terhadap kawasan hutan `segi tiga` di Sulawesi Selatan dari aktivitas penebangan liar dan perambahan, karena kawasan hutan tersebut sangat terkait dengan kondisi empat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang semakin kritis.Hal tersebut dikemukakan Koordinator Koalisi Ornop untuk hutan Sulsel, Bahrianto Bahtiar yang juga staf pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar, Jumat (28/4).Dijelaskan, kawasan hutan segitiga tersebut adalah hutan yang berlokasi di sekitar Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, kawasan hutan sekitar Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa serta kawasan hutan di Kabupaten Sinjai.Kawasan hutan Toraja dan Enrekang, katanya, merupakan daerah tangkapan air (catchmant area) sungai Mamasa yang mensuplai air ke PLTA Bakaru, pembangkit listrik terbesar yang mensuplai listrik ke seluruh Sulsel.PLTA berkapasitas 126 MW itu selalu kekurangan air pada musim kemarau karena menurunnya debit air sungai Mamasa, yang menyebabkan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir di daerah ini. Hutan Toraja dan Enrekang ini juga mengancam DAS Sungai Saddang yang airnya kini semakin menyusut.Sementara itu kerusakan hutan di kawasan Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa mengancam kelestarian sungai Jeneberang yang mensuplai air ke DAM Bilibili, yang merupakan sumber air baku yang melayani sekitar 125.000 pelanggan PDAM di Kota Makassar.Sedangkan hutan Sinjai merupakan catchmant area untuk sejumlah sungai yang mengalir ke beberapa danau di bagian Utara Sulsel, seperti danau Tempe yang menjadi sumber air untuk kawasan persawahan rakyat."Ketiga kawasan hutan itu harus dilindungi, karena di dalamnya terdapat banyak species fauna seperti kera hutan dan burung langka dan yang terpenting adalah beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sudah diambang kritis," tandasnya. Menurut Bahtiar, kerusakan lingkungan di tiga kawasan hutan dan empat DAS di Sulsel itu masing-masing DAS Jeneberang di Gowa, DAS Rongkong di Luwu Utara, DAS Saddang di Tana Toraja dan Enrekang, dan DAS Bila-Walanae di Sengkang, Soppeng dan sekitarnya, sudah sangat memprihatinkan. "Kerusakannya saat ini sudah amat parah dimana kerusakan itu menyebabkan banjir tahunan dan longsor di beberapa daerah. Sementara pada musim kemarau, masyarakat akan kesulitan mendapatkan air," paparnya.(*)
Copyright © ANTARA 2006