Dalam pidato pembukaannya di Retret Pertemuan Menteri-Menteri Pertahanan ASEAN (ASEAN Defense Ministers' Meeting/ADMM), Banh mengatakan seiring kawasan tersebut pulih dari pandemi COVID-19 dan bergerak menuju era normal baru, lanskap keamanan saat ini di kawasan itu dan di seluruh dunia masih rapuh dan semakin tidak pasti.
"Kita menghadapi begitu banyak bahaya (yang datang) secara bersamaan yang sangat mengancam keamanan dan keharmonisan kawasan dan rakyat kita," tutur Banh.
"Semua tantangan ini menyoroti perlunya upaya kolektif dan rasa solidaritas yang kuat di antara lembaga pertahanan ASEAN untuk bersama-sama mengatasi tantangan tersebut," katanya.
Dia menambahkan bahwa "Jelas tidak ada negara yang dapat mengatasi tantangan global sendirian."
Banh, yang juga menjabat sebagai salah satu wakil perdana menteri Kamboja, mengatakan ADMM tahun ini dan pertemuan-pertemuan terkait dengan tema "Solidaritas untuk Keamanan yang Terharmonisasi" (Solidary for Harmonized Security) menegaskan kembali komitmen bersama dalam menjawab berbagai tantangan di kawasan tersebut.
Banh percaya bahwa Retret ADMM akan memperkuat komitmen bersama terhadap kesatuan dan sentralitas ASEAN, serta memastikan bahwa ADMM tetap bertanggung jawab dalam setiap aspek keterlibatannya dengan mitra-mitra eksternal.
Banh pun menambahkan bahwa selama 16 tahun terakhir, ADMM menjadi platform yang berguna untuk dialog strategis, membangun kepercayaan diri, serta kerja sama regional guna menjaga perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran ASEAN.
ASEAN beranggotakan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022