Dilansir Xinhua, Rabu, hampir 55 juta warga Amerika diperkirakan akan melakukan perjalanan selama libur panjang akhir pekan mendatang, menurut estimasi AAA.
Pada Senin (21/11), Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration/FAA) AS mengungkapkan bahwa Selasa (22/11) akan menjadi salah satu hari perjalanan tersibuk menjelang Thanksgiving, dengan lebih dari 48.000 penerbangan diperkirakan akan terjadi di seluruh AS. Menurut estimasi FAA, hampir 400.000 penerbangan akan tercatat di AS pada 19 hingga 27 November, dengan 23.000 penerbangan dijadwalkan pada Hari Thanksgiving.
Seiring warga Amerika memasuki musim liburan, para pakar kesehatan mengantisipasi gelombang baru penyakit pernapasan di negara itu karena semakin banyak warga yang bepergian dan berkumpul di dalam ruangan.
Khawatir dengan penyebaran kasus influenza, RSV, dan virus corona pada saat yang bersamaan, para pakar memperingatkan tentang ancaman suram dari "tripledemic".
Dua subvarian baru Omicron, yakni BQ.1 dan BQ.1.1, menggantikan BA.5 sebagai galur dominan di AS. BQ.1.1 menyumbang sekitar 24,2 persen dari total varian yang beredar sepanjang pekan yang berakhir pada 19 November, sedangkan BQ.1 diperkirakan mencapai 25,5 persen, menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Lebih dari separuh negara bagian di AS memiliki tingkat flu yang tinggi atau sangat tinggi, menurut laporan pemerintah yang dirilis pada Jumat (18/11). Dua puluh tujuh negara bagian tersebut sebagian besar terletak di AS bagian Selatan dan Barat Daya, kendati juga termasuk jumlah yang terus bertambah di AS bagian Timur Laut, Barat Tengah, dan Barat.
Data awal menunjukkan bahwa dua varian itu, yang merupakan turunan dari subvarian BA.5 Omicron, memiliki kemampuan lebih baik dalam menghindari imunitas dari vaksin COVID-19, termasuk suntikan dosis penguat (booster) bivalen baru, maupun antibodi pascainfeksi COVID-19, dibandingkan dengan varian-varian Omicron sebelumnya.
Hal itu membuat kedua subvarian tersebut lebih mudah menular, sehingga dapat memicu lonjakan kasus pada musim dingin ini.
Musim flu yang meningkat dengan cepat kian menambah beban rumah sakit yang sudah kewalahan menangani pasien yang sakit akibat COVID-19, RSV, dan penyakit pernapasan lainnya.
CDC AS memperkirakan sejauh musim flu tahun ini, sedikitnya tercatat 4,4 juta orang yang sakit, 38.000 orang dirawat inap, dan 2.100 kematian akibat flu.
Data CDC menunjukkan lebih dari 26.000 tes RSV menunjukkan hasil positif antara 30 Oktober hingga 12 November. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
RSV merupakan virus pernapasan umum yang biasanya menyebabkan gejala ringan seperti flu, tetapi sangat berbahaya bagi anak usia di bawah dua tahun, mengingat mereka memiliki batang tenggorok yang lebih kecil yang lebih mudah dipenuhi lendir, dan paru-paru yang membutuhkan lebih banyak dukungan untuk bernapas, menurut CDC AS.
"Kita sedang berada di tengah ancaman 'tripledemic' yang sesungguhnya," kata Dr. Jake Lemieux, assistant professor kedokteran di Harvard Medical School dan spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts. "Ada banyak tanda peringatan terkait musim liburan mendatang."
Para pakar kesehatan mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi dan melakukan tindakan pencegahan selama musim liburan mendatang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022