Waikabubak (ANTARA) - Sebanyak 46 orang anak muda di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, memamerkan hasil aksi nyata mengatasi permasalahan lingkungan dalam kegiatan Pekan Raya Perubahan yang digelar organisasi non-pemerintah Save the Children Indonesia.
"Anak-anak muda itu sebelumnya telah melakukan kegiatan mengidentifikasi dan memecahkan masalah lingkungan dan sosial di sekitar mereka. Solusi yang diciptakan diimplementasikan dalam kegiatan inkubasi selama tiga bulan," kata Direktur Global untuk Program Sponsorship Save the Children Lisa Parrott di Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, Rabu.
Aksi anak muda tersebut dipamerkan dalam kegiatan Pekan Raya Perubahan (Festival of Change) yang digelar Save the Children Indonesia, melalui Program Sumba Future Changemakers (SFC) berkolaborasi dengan tiga komunitas lokal di Sumba Bara yaitu Sumba Cendekia, English Goes to Kampung, dan Gerakan Peduli Sumba Barat (GPSB) yang berlangsung selama 15-27 November 2022.
Berbagai hasil karya dipamerkan seperti produk olahan sampah plastik seperti tempat sampah, baju dan tas tangan, dan produk kerajinan lain, pembuatan sumur bor dan bak penampung air.
Selain itu hasil pembersihan dan penataan lingkungan pasar, pembuatan pupuk kompos, pembagian dan penanaman bibit pohon, serta pembentukan komunitas masyarakat.
Lisa Parrot menjelaskan melalui Program SFC, sebanyak 46 anak muda di Sumba Barat yang terbagi dalam 14 kelompok dibekali kemampuan untuk menjadi agen perubahan untuk mengatasi masalah lingkungan maupun sosial di komunitas.
Mereka juga didorong untuk melakukan advokasi terhadap isu-isu yang menjadi sumber kekhawatiran mereka kepada pemangku kepentingan setempat.
"Saya melihat sampah plastik yang diubah menjadi baju dan tas tangan. Tetapi saya juga melihat bahwa kalian memiliki kasih sayang dan empati kepada masyarakat yang harus mengubah perilaku mereka, dari cara-cara berbicara atau berdialog bersama masyarakat," katanya.
Lisa Parrott mengatakan capaian penting dalam Program SFC, selain mewujudkan proyek-proyek perubahan dalam aksi nyata dengan hasil yang dapat diukur, proyek ini juga menunjukkan cara agen-agen perubahan mengidentifikasikan permasalahan yang mengusik mereka dengan berefleksi dari perspektif pemilik masalah (users perspective).
Pada akhirnya, kata dia empati yang tumbuh dalam diri agen-agen perubahan menjadi krusial untuk menciptakan perubahan yang berkesinambungan.
Salah satu peserta Program SFC Gerald mengatakan melalui program itu, ia bersama teman-temannya menjalankan proses observasi langsung dalam menemukan isu atau masalah di sekitar sehingga membuat mereka menjadi lebih peka dan berani mengambil peran dalam menyelesaikannya.
"Sejak mengikuti program ini, saya merasa dapat mengembangkan minat dan bakat yang saya miliki. Saya tidak hanya mendapatkan ilmu baru, tapi juga diberikan kesempatan untuk mempraktikkan penggunaan kerangka berpikir dalam menyelesaikan isu terkait lingkungan khususnya tentang sampah," katanya.
Berbagai rangkaian kegiatan Pekan Raya Perubahan diselenggarakan sebagai sarana bagi anak-anak Sumba Barat untuk melakukan advokasi yang lebih luas. Kegiatan berlangsung di empat kecamatan yaitu Kota Waikabubak, Wanokaka, Lamboya, dan Loli.
Rangkaian kegiatan Pekan Raya Perubahan bertujuan agar anak-anak dapat mempresentasikan proyek-proyek sosial yang mereka usung kepada pemangku kepentingan lokal.
Baca juga: Puluhan pelajar di Ende-NTT diajarkan BOPLBF cara olah limbah sampah
Baca juga: Penanganan limbah di Labuan Bajo diperkuat BPOLBF dengan kolaborasi
Baca juga: Kemenlhk akan bangun pusat daur ulang sampah di NTT
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022