Roma (ANTARA News) - Pembunuhan tiga tentara Italia di Irak tidak akan mengubah rencana menarik pasukan negara itu pada ahir tahun 2006, kata Perdana Menteri (PM) Italia terpilih, Romano Prodi, kepada pers Kamis waktu setempat. Kelompok garis kiri keras gabungan partai Prodi menyeru penarikan segera bala tentara Italia di tengah serangan itu, yang juga menewaskan satu serdadu Rumania dan melukai satu tentara lain Italia. "Kedudukan kami tidak akan berubah," kata Prodi, yang sebelumnya menyatakan pemerintahnya akan mulai menarik tentaranya segera sesudah menjabat, berdasarkan atas jadwal hasil kesepakatan dengan pemerintah Irak. "Keadaan di negeri ini semakin buruk. Kedudukan kami tidak berbeda dari pendapat umum di Amerika Serikat dan tidak jauh dari ungkapan pemerintah Italia saat ini, yang menyatakan akan mundur sebelum ahir 2006," katanya. Perdana Menteri Silvio Berlusconi, yang dikalahkan Prodi dalam pemilihan umum tanggal 9 dan 10 April, berjanji menuntaskan penarikan balatentara Italia, yang dimulai tahun 2005, pada ahir tahun 2006. Dua tentara Italia dan seorang serdadu Rumania tewas hari Kamis sesudah sebuah bom pinggir jalan menghantam iringan mereka di Irak selatan, kata kementerian pertahanan Italia. Kementerian itu sebelumnya menyatakan tiga tentara Italia dan seorang serdadu Rumania tewas, tapi kemudian meralat jumlah korban tewas tersebut. Kementerian itu menyatakan seorang tentara lain Italia luka parah dalam serangan terburuk atas pasukan Italia sejak serangan bom bunuh diri menewaskan 19 warga Italia, sebagian besar serdadu di kota Nassiriya, tahun 2003. Ledakan Kamis itu terjadi pukul 08.50 waktu setempat (pukul 11.45 WIB) di sebuah jalan raya baratdaya Nassiriya, pangkalan satuan Italia di Irak. Italia mengirim sekitar 2.600 tentara ke Irak, yang menurut rencana ditarik akhir tahun ini. "Ini adalah tragedi bagi seluruh rakyat Italia," kata perdana menteri belum dilantik Romano Prodi dalam pernyataannya. Kematian itu dapat meningkatkan ketegangan dalam gabungan kiri-tengah Prodi, yang meraih kemenangan tipis dalam pemilihan umum tahun ini, antara mereka di kelompok kiri-tengah, yang ingin segera menarik mundur pasukan itu dengan yang mendukung penarikan secara bertahap, yang didukung Prodi. Irak memiliki rencana yang bisa berakibat pengurangan secara besar-besar pasukan Amerika Serikat tahun ini dan penarikan tentara negara adidaya itu dalam dua tahun mendatang, kata kepala keamanan nasional Irak hari Kamis. Muwaffaq Rubaie mengatakan itu dalam seminar bersama Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfeld, yang tidak menanggapi penegasan Irak tersebut. "Kita kini memiliki rencana tetap untuk perjanjian bersyarat antara pasukan keamanan Irak, antara pemerintah Irak dan Amerika Serikat bagi pasukan keamanan Irak untuk mengambil alih tanggung jawab secara bertahap," kata Rubaie. "Yang pasti pada akhir tahun ini akan ada pengurangan secara besar-besaran pasukan," katanya, "Dalam dua tahun mendatang, kita memperkirakan sebagian besar tentara sekutu pulang dengan selamat." Rumsfeld, yang dikecam akibat siasatnya di Irak, mengimbau pimpinan Irak memulai pembahasan tentang masa depan balatentara Amerika Serikat dalam pertemuan hari Rabu. Pasukan Amerika Serikat terus menghadapi perlawanan atas kehadirannya di Irak, sementara pejabat negara adidaya itu menyatakan tidak bisa menarik diri selama kekerasan antara kelompok Suni dan Syiah masih berlangsung. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006