Telkomsel memiliki program yang mungkin cukup luas, bahkan kita dari beberapa tahun yang lalu memiliki wadah untuk membantu para startup dari berbagai sisi
Jakarta (ANTARA) - Chief Excutive Officer (CEO) Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) Mia Melinda menyatakan pihaknya mendukung perkembangan ekosistem ekonomi digital terutama pendanaan ke startup (perusahaan rintisan).
“Telkomsel memiliki program yang mungkin cukup luas, bahkan kita dari beberapa tahun yang lalu memiliki wadah untuk membantu para startup dari berbagai sisi. Jadi, kita punya program namanya NextDev untuk early stage startup yang memiliki social impact untuk kita bantu dengan program-program di Telkomsel supaya bisa berkolaborasi dan bersama-sama go to the market dengan Telkomsel,” ujarnya dalam Kompas100 CEO Forum 2022 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.
Pihaknya juga memiliki program bernama Tinc untuk mengoptimalkan para startup pada tahap akselerasi agar bisnisnya dapat bersinergi dengan Telkomsel. Lebih dari itu, lanjut dia, untuk TMI sendiri berfokus mendukung para pendiri startup bukan hanya dalam hal pendanaan, tetapi membantu mereka mengembangkan bisnis melalui sinergi dengan berbagai aset-aset Telkomsel.
Belum lama ini, Telkomsel disebut mendirikan program bernama Indigo (venture building) sebagai upaya berperan dalam ekonomi digital Indonesia dengan membuat semacam vertical-vertical startup tertentu yang dapat menggunakan aset-aset Telkomsel. Program tersebut mendorong pertumbuhan industri kreatif digital melalui pengembangan kreativitas, inkubasi, akselerasi, dan program pendanaan lanjutan untuk startup digital di Indonesia.
“Kita percaya sekali bahwa kolaborasi antara korporasi dengan startup akan sangat membuat optimal daripada perkembangan startup itu sendiri selain daripada funding,” ucap dia.
Sebagai Corporate Venture Capital (CVC), Telkomsel memberikan pendanaan sejalan dengan strategi digital yang dibuat korporasi tersebut. Kepemilikan aset di berbagai sektor seperti dalam bidang layanan finansial membuat Telkomsel mampu mengetahui antara lain perilaku dari pelanggan, pola penggunaan pelanggan, dan underwriting untuk para pelaku financial techonology yang membuat mereka bisa menjangkau segmen-segmen yang belum dilayani.
“Kalau kita bicara ekosistem ekonomi digital, sudah pasti mengatasi digital divide adalah problem yang paling utama, apalagi kan Indonesia geografisnya luas. Karena seluruh aset Telkomsel ada di seluruh pelosok negeri, tentu kita ingin kreatifitas dari para founder yang ada di ekosistem startup untuk bisa berkreatif untuk melihat bagaimana penggunaan aset ini dilakukan untuk penggunaan beyond telco,” ungkap Mia.
Lebih lanjut, dia menginginkan ada pertemuan dengan para pendiri startup yang memang hendak mentransformasikan ekonomi Indonesia dengan memikirkan pasar yang besar dan memiliki produk yang memiliki keunggulan komparatif nan gear up untuk menjadi pemenang.
“Kalau sekarang kita tidak hanya mencari founder yang bisa memberikan solusi terhadap masalah kebutuhan hidup di masyarakat, tetapi juga memastikan bahwa bisnis tersebut berjalan di fondasi bisnis yang solid. Jadi bukan hanya yang menyelenggarakan layanan di sisi mengejar top line saja, tetapi juga harus memastikan bagaimana bisnis modelnya bisa solid, bisa memberikan profitability bagi startup-nya,” kata dia.
Baca juga: Telkomsel gaet pelanggan migrasi ke 4G lewat pascabayar
Baca juga: Telkomsel komitmen perkuat ekosistem usaha rintisan
Baca juga: BRI beri kemudahan pembiayaan kepada mitra Telkomsel
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022