sektor transportasi mempunyai peran yang sangat penting, kontribusinya cukup besar terhadap polusi udara di Jakarta
Jakarta (ANTARA) - Ketua Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung (ITB) Puji Lestari mengatakan sektor transportasi berkontribusi sebesar 46 persen terhadap polusi udara lantaran menghasilkan partikel berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau PM2,5 di Jakarta.
"Dalam kajian kami sebelumnya, sektor transportasi punya role sekitar 46 persen terhadap emisi PM2,5 di Jakarta. Jadi, sektor transportasi mempunyai peran yang sangat penting, kontribusinya cukup besar terhadap polusi udara di Jakarta," ujar Puji Lestari dalam sebuah gelar wicara yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Puji menjelaskan polusi udara PM2,5 tersebut juga memiliki asosiasi yang erat dengan dampak pencemaran udara terhadap kesehatan yang bisa menyebabkan paru-paru menjadi rusak.
Berbagai studi terkait pengukuran emisi terus dilakukan--lantaran data yang tersedia saat ini sangat lemah--salah satunya melalui remote sensing technology atau teknologi penginderaan jauh untuk mengidentifikasi emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor.
Studi itu dilakukan oleh TRUE Initiative bersama ITB yang didukung Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Baca juga: KLHK: Terdapat beberapa faktor yang dapat pengaruhi kualitas udara
Baca juga: DKI targetkan penurunan 41 persen polutan PM2,5 pada 2030
Puji menuturkan pihaknya mengidentifikasi 187 ribu kendaraan yang tersebar pada 15 jalan tol di Jakarta; tiga koridor bus TransJakarta; dua residensial, dan satu rest area dengan durasi studi terhitung sejak Januari sampai April 2021.
"Kami ukur dengan jumlah yang cukup baik secara statistik karena jumlahnya ada 187 ribu kendaraan," terang Puji.
Data identifikasi kendaraan tersebut didominasi oleh kendaraan penumpang dengan angka mencapai 93 ribu unit.
Kendaraan diesel, seperti bus, truk, heavy duty truck dan light duty truck memiliki median NOx emisi yang tertinggi sekitar 13 sampai 14 kali dibandingkan kendaraan penumpang berbahan bakar bensin dan taksi.
Peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT) Aditya Mahala mengatakan implementasi bahan bakar berstandar Euro II efektif menurunkan emisi, yakni NOx 94 persen, karbon oksida 77 persen, hidro karbon 72 persen.
Sementara itu, implementasi Euro II tidak berdampak signifikan terhadap penurunan emisi kendaraan diesel, yakni NOx 45 persen, karbon oksida 20 persen, dan hidro karbon 18 persen.
"Kami coba dorong melalui studi itu supaya pemerintah bisa mengembangkan kebijakan terkait penerapan standar emisi yang lebih bersih," pungkas Aditya.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta tembus indeks 193
Baca juga: BMKG jelaskan sejumlah faktor peningkatan konsentrasi PM2.5 di Jakarta
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022