“Untuk status aktivitas Gunung Gede masih level satu atau normal, sedangkan untuk kerusakan gempa Cianjur ini dan lokasi mana yang mengalami kerusakan parah nanti tim yang rencananya sore ini tiba, akan melakukan identifikasi kerusakan mana saja dan yang paling parah,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Hendra menuturkan berdasarkan survei di lapangan, visual Gunung Gede tidak menunjukkan adanya tanda-tanda erupsi, meski berdasarkan sejarah memperlihatkan adanya sifat krisis kegempaan pada tahun 1950-an.
Baca juga: Badan Geologi: Bebatuan tak solid perkuat guncangan gempa Cianjur
Dalam setiap 20 tahun, menurut dia, Gunung Gede akan memunculkan tanda-tanda krisis kegempaan, walaupun tidak berlanjut ke level yang lebih tinggi.
“Terlepas dari historisnya Gunung Gede ini pernah erupsi, baik terjadi aliran panas maupun aliran lava, tetapi dari beberapa waktu 100 atau 200 tahun terakhir belum ada peningkatan yang nyata,” ujarnya.
Oleh karena itu, belum bisa dipastikan bahwa gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, disebabkan oleh aktivitas Gunung Gede. Namun, masih terdapat kemungkinan karena berdasarkan sumber dari BMKG, sumber gempa ada di antara Cianjur dan Sukabumi atau tepatnya di lereng tenggara Gunung Gede.
“Ini yang tidak berjauhan dengan patahan aktif, tetapi apapun itu kita harus melakukan survei yang nantinya akan menjadi rekomendasi yang akan disampaikan pada daerah dan ditindaklanjuti dalam hal pemindahan daerah-daerah yang aman untuk masyarakat ke depannya,” kata dia.
Baca juga: Badan Geologi: Cianjur masuk kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi
Hendra mengatakan pihaknya akan mengidentifikasi daerah yang berisiko gempa dari tinggi hingga rendah, sehingga pemerintah ddaerah dapat memiliki acuan dalam pengembangan tata ruang untuk pembangunan di wilayahnya.
Ia mengimbau semua pihak untuk tidak melupakan jika Indonesia merupakan negara yang memiliki patahan atau peluang munculnya gunung aktif di Sumatera yang lurus sampai ke Jawa, meski tidak dapat diprediksi kapan atau di mana gunung tersebut akan aktif maupun muncul.
“Hanya kita bisa meyakini (munculnya gunung api) dalam jalur itu merupakan jalur patahan,” ujar dia.
Hendra mengatakan setiap informasi yang disampaikan oleh Badan Geologi mengacu pada data. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk terus mengikuti perkembangan terkini dari aktivitas Gunung Gede karena kondisi bisa berubah sewaktu-waktu.
Baca juga: Endapan kuarter perkuat efek guncangan gempa di Cianjur
“Gunung Gede masih level satu atau normal, sehingga walaupun mungkin ada yang berpendapat ada kaitannya (dengan gempa), tetapi kami lebih berpegang pada data yang ada terekam sampai saat ini. Mungkin bisa berubah, tetapi Gunung Gede masih tetap normal,” ucapnya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022