Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memanfaatkan pengindraan jauh untuk mengembangkan sistem pemantauan pertumbuhan padi, sehingga dapat mendukung pengembangan pertanian di Tanah Air.
"Saat ini telah dilakukan pemantauan dengan data terra/aqua modis untuk pertumbuhan padi delapan harian dan menggunakan data sentinel 1 untuk pemantauan 15 harian," kata peneliti Pusat Riset Pengindraan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN M Rokhis Komaruddin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Kemarin, dana untuk pandemi hingga ketangguhan ekonomi Indonesia
Rokhis menuturkan, sistem pemantauan pertumbuhan tanaman padi sudah diimplementasikan di Kementerian Pertanian dengan nama Siscrop 2.0.
Lewat Siscrop tersebut, pengguna dapat memantau data pertumbuhan padi mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat kecamatan.
Melalui keberhasilan program pemantauan penanaman padi tersebut, periset BRIN, yakni tim yang dipimpin oleh Rokhis dan peneliti Pusat Riset Geospasial Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Rizatus Shofiyati memperoleh APRSAF Space Achievement Awards dari Forum Agensi Antariksa Regional Asia-Pasifik (APRSAF) 2022.
Baca juga: Komoditas pertanian pengaruhi pertumbuhan ekonomi Aceh
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk capaian dari kontribusi yang diberikan dalam mendukung program APRSAF. Pemantauan penanaman padi merupakan salah satu aktivitas dari inisiatif Space Application For Environment (SAFE) yang berhasil di Indonesia.
"Keberhasilan program ini juga tidak terlepas dari dukungan BRIN, Kementerian Pertanian, JAXA, dan Universitas Tokyo," ujarnya.
Baca juga: Pertumbuhan Produksi Padi Lebih Rendah dari Penduduk
Rokhis mengatakan, pemantauan pertumbuhan tanaman padi merupakan hal krusial untuk dilakukan agar dapat mengetahui perkembangan tanaman. Pemantauan tersebut juga akan memprediksi potensi gangguan seperti banjir, kekeringan dan hama penyakit dan dampaknya pada pertumbuhan padi.
Menurut dia, aplikasi tersebut saat ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dari institusi terkait dalam memantau pertumbuhan padi secara berkala untuk menyukseskan pertanian.
Baca juga: Kementan inginkan Papua Barat miliki 11.000 hektare lahan padi sawah
Ia menuturkan tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan swasta seperti perusahaan asuransi atau produsen pupuk juga dapat memanfaatkan aplikasi tersebut karena dalam aplikasi tersebut, terdapat informasi proyeksi jumlah estimasi kapasitas produksi dan provitas, serta estimasi kebutuhan pupuk.
"Ke depan kami berencana untuk meningkatkan program ini terutama dalam hal akurasi dan juga penyampaian informasi," tuturnya.
Baca juga: Faktor penentu keberhasilan pengembangan padi hibrida di tanah air
Baca juga: BRI dukung pengembangan ekosistem padi perkuat ketahanan pangan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022