Hari ini menjadi kali pertama Indonesia memiliki CubeSat yang akan menggapai luar angkasa
Jakarta (ANTARA) - Satelit Nano hasil pengembangan ilmuwan muda Indonesia yang didukung penuh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) akan diluncurkan menuju International Space Station (ISS) menggunakan roket Falcon 9 SpaceX pada Rabu (23/11) pukul 03.30 WIB.
Peluncuran satelit yang diberi nama Surya Satellite-1 (SS-1) itu menjadi sejarah bagi industri antariksa nasional karena menjadi satelit pertama yang dikembangkan secara mandiri oleh anak-anak muda Indonesia.
“Kami sangat bangga karena empat anak muda yang terlibat dalam pengembangan satelit nano ini merupakan insinyur di PSN yang mewakili visi kami dalam mendorong inovasi di Indonesia," kata CEO Pasifik Satelit Nusantara, Adi Rahman Adiwoso, dalam pernyataan resmi, Selasa.
Baca juga: Proyek SATRIA-1 masuki tahapan pembangunan 68,3 persen
"Satelit SS-1 ini juga merupakan bagian dari visi dan ambisi strategis PSN dalam berkontribusi kepada Indonesia sesuai dengan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan Indonesia yang berskala global. PSN akan terus berinovasi dalam rangka mempercepat konektivitas digital di Indonesia,” ujar Adiwoso.
Satelit SS-1 meluncur dalam misi CRS-26 dengan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari NASA Kennedy Space Center, Florida. SS-1 akan meluncur menggunakan kargo Dragon SpaceX menuju ISS, dan akan menjalani proses orbit raising selama kurang lebih 11 hari hingga sampai di ISS.
Tahapan berikutnya yang akan dilalui adalah proses deployment yang juga tak kalah penting dari proses peluncuran. PSN memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan satelit nano yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa Surya University sejak 2016 lalu.
Ide dan proyek pengembangan satelit nano ini diprakarsai oleh Universitas Surya yang didukung kolaborasi multi-pihak antara Tim insinyur muda bersama PT Pasifik Satelit Nusantara, Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), PT Pudak Scientific, serta dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusteksat LAPAN), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: Satria bagian dari solusi "blank spot" di wilayah 3T Papua
“Peluncuran SS-1 yang dikembangkan oleh generasi muda Indonesia dengan dukungan seluruh stakeholder adalah salah satu tonggak sejarah baru dalam perkembangan satelit di Indonesia dan memberikan suntikan motivasi pentingnya penguasaan teknologi satelit bagi Indonesia," kata Head of Research Center of Satellite Technology, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Ing Wahyudi Hasbi.
"Pusat Riset Teknologi Satelit-BRIN akan selalu mendukung pengembangan satelit yang dikembangkan oleh universitas-universitas & startup Indonesia dengan expertise yang telah dimiliki, dalam skema dukungan riset serta fasilitas pengujian dan integrasi satelit yang disiapkan oleh BRIN,” ujar dia.
Sedangkan Kepala Prodi Teknik Fisika Surya University sekaligus Principal Investigator SS-1, Prof. Sunartoto Gunadi meyakini bahwa masa depan industri satelit di Indonesia akan semakin cerah. Dukungan penuh dari PSN dan stakeholder lainnya selama proses pengembangan juga menjadi bukti bahwa dukungan dari pelaku industri bisa menghasilkan ilmuwan-ilmuwan muda yang bisa berkontribusi bagi Indonesia.
"Saya bersyukur atas keberhasilan anak-anak hebat saya, yaitu Zulfa Dhiyaulhaq, Setra Yoman Prahyang, Hery Steven, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, dan Roberto Gunawan, yang bisa menyelesaikan project satelit nano SS-1 ini," kata dia.
"Mudah-mudahan apa yang dilakukan oleh anakku semua bisa lebih mendorong dan meramaikan usaha generasi milenial, untuk berkontribusi sebagai anak bangsa dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Prof. Sunartoto Gunadi.
Setelah melalui proses rancang bangun dan serangkaian pengujian yang terdiri dari payload test, vacuum test, thermal test, vibration test, fitcheck test, functional test dan handover kepada JAXA untuk diinspeksi dan diintegrasikan dengan sistem peluncur, SS-1 kini memasuki tahap peluncuran dari SpaceX menuju ISS.
Sebelumnya, pada Februari 2018, Tim Surya Satellite-1 mengikuti sayembara program KiboCUBE yang diinisiasi oleh United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).
Baca juga: Menyambut era digital dengan satelit
Pada Agustus 2018, Tim Surya Satellite-1 diumumkan menjadi pemenang pada sayembara ini sehingga satelitnya dapat diluncurkan dari ISS secara gratis.
"Hari ini menjadi kali pertama Indonesia memiliki CubeSat yang akan menggapai luar angkasa. Melalui satelit nano ini, kami ingin menunjukkan bahwa luar angkasa itu bisa dijangkau," kata Ketua Tim Pengembangan Satelit Nano, Setra Yoman Prahyang.
"Meskipun ruang angkasa merupakan wilayah yang secara environment tidak friendly dan banyak tantangan yang dihadapi, namun dengan semangat membangun Indonesia, kami terus maju. Seluruh tim juga berterima kasih atas dukungan penuh dari berbagai pihak hingga proyek yang digagas sejak 2016 ini bisa direalisasikan. Kami berharap peluncuran cargo ini lancar, sehingga satelit bisa tiba di ISS dengan selamat," ujar Setra Yoman.
Terkait pengembangan satelit nano ke depannya, Adiwoso berharap proyek satelit nano ini akan mendorong inovasi teknologi ruang angkasa yang lebih maju di Indonesia, terutama di bidang satelit. Harapannya Indonesia akan mampu mewujudkan kemandirian satelit nasional.
“Tentu saja kita harus siap dengan kompetisi teknologi secara global yang diprediksi akan semakin ketat kedepannya. Situasi itu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda untuk terus berinovasi agar kita bisa bersaing, terutama di sektor kedirgantaraan dan antariksa. Saya yakin dengan kolaborasi semua pihak serta dukungan pemerintah, Indonesia bisa menghasilkan teknologi yang kompetitif,” ujar Adiwoso.
Peluncuran Surya Satellite-1 dapat disaksikan secara live di Youtube Channel SpaceX https://youtu.be/ltY790_MdtM Rabu, 23 November 2022 pada pukul 3.30 WIB.
Baca juga: Kominfo: Pembangunan infrastruktur sokong transformasi digital
Baca juga: BMKG: Indonesia perlu 9 satelit pengindraan jauh untuk pantau bencana
Baca juga: Indonesia-Inggris bahas pembangunan dua satelit HTS
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022