Pontianak (ANTARA News) - Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi tahun 2007 tetap dalam kisaran proyeksi semula, 5,3-6,3 persen, meskipun tekanan faktor eksternal seperti kenaikan harga minyak mentah di pasar global cukup kuat. Ketua Tim Ekonomi Makro dan Regional Bank Indonesia (BI), Benny Siswanto, di Pontianak, Kamis, mengatakan pertumbuhan ekonomi itu terutama didukung oleh investasi yang diperkirakan naik 10,6 persen hingga 11,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, ekspor barang dan jasa juga naik 10,7-11,7 persen sedangkan impor barang dan jasa naik 8,8 persen hingga 9,8 persen. Konsumsi pemerintah pada 2006 yang diperkirakan naik 27 persen hingga 28 persen, pada 2007 kenaikannya berkisar antara 10,7 persen hingga 11,7 persen. Sementara tekanan inflasi tahun 2007, BI memperkirakan tetap tinggi dan cenderung berada di atas sasarannya yakni 6 persen, lebih atau kurang satu persen. "Ini disebabkan upaya pemerintah mengurangi subsidi untuk menjaga defisit keuangan pemerintah sesuai targetnya," kata Benny. Proyeksi 2007 tersebut dengan sejumlah asumsi diantaranya harga minyak mentah dunia 53 dolar AS per barel, nilai tukar rupiah Rp9.500 per dolar AS, harga premium naik 15 persen di triwulan pertama 2007, solar 30 persen di triwulan ketiga 2007 dan tarif dasar listrik 20 persen di triwulan pertama 2007. BI juga mengingatkan beberapa faktor resiko tetap harus diwaspadai karena dapat mengganggu kinerja ekonomi ke depan terutama terkait dengan tingginya harga minyak dan berlanjutnya kebijakan moneter ketat global. "Lambatnya perbaikan infrastruktur khususnya prasarana transportasi di berbagai daerah yang dapat meningkatkan inflasi dari sisi ketersediaan makanan," kata Benny.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006