New York (ANTARA) - Harga minyak kembali merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), memperpanjang kerugian pada pekan sebelumnya, karena para pedagang terus khawatir bahwa perlambatan ekonomi global akan melemahkan permintaan energi.
Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terpangkas 35 sen atau 0,44 persen, menjadi menetap di 79,73 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari tergelincir 17 sen atau 0,19 persen, menjadi ditutup pada 87,45 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.
Pekan lalu, WTI anjlok 9,98 persen, sedangkan patokan minyak mentah global atau Brent jatuh 8,7 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
Baca juga: Rubel Rusia melemah menuju 61 terhadap dolar AS
Baca juga: Minyak turun tertekan kekhawatiran permintaan China, penguatan dolar
Reli dalam mata uang AS juga menghadirkan hambatan karena minyak yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, melonjak 0,85 persen menjadi 107,8350 pada akhir perdagangan Senin (21/11/2022).
Kedua harga acuan telah jatuh lebih dari lima dolar AS per barel pada awal sesi, mencapai posisi terendah 10 bulan, setelah Wall Street Journal melaporkan peningkatan hingga 500.000 barel per hari akan dipertimbangkan pada pertemuan OPEC+ pada 4 Desember.
Namun, minyak turun kembali setelah menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kerajaan bertahan dengan pengurangan produksi dan tidak membahas potensi peningkatan produksi minyak dengan produsen minyak OPEC lainnya, kantor berita negara SPA melaporkan, menyangkal laporan Wall Street Journal.
"Itu membalikkan seluruh situasi dalam hitungan menit," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York seperti dikutip oleh Reuters. "Orang-orang Saudi memberi dan kemudian mereka mengambil."
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, baru-baru ini memangkas target produksi dan menteri energi pemimpin de facto Arab Saudi dikutip bulan ini mengatakan kelompok itu akan tetap berhati-hati.
Melepaskan lebih banyak minyak di tengah permintaan bahan bakar China yang lemah dan penguatan dolar AS akan menggerakkan pasar lebih dalam ke contango (harga komoditas berjangka lebih tinggi dari harga spot), mendorong lebih banyak minyak untuk disimpan dan mendorong harga lebih rendah, kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.*
Baca juga: Harga minyak turun, dekati terendah 2 bulan
Baca juga: Harga CPO Jambi anjlok, menjadi Rp12.075 per kilogram
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022