Bengaluru (ANTARA) - Goldman Sachs pada Senin memperingatkan bahwa pasar ekuitas global yang bearish belum berakhir karena pasar belum melihat palung momentum penurunan pertumbuhan global, puncak suku bunga dan valuasi diturunkan untuk mencerminkan kemungkinan resesi.

Bank investasi Wall Street itu memperkirakan imbal hasil menjadi "relatif rendah" 6,0 persen hingga akhir tahun 2023 karena investor fokus pada laju pengetatan kebijakan moneter dan konsekuensi yang berdampak pada pertumbuhan dan pendapatan.

"Kami terus berpikir bahwa jalur jangka pendek untuk pasar ekuitas kemungkinan akan bergejolak dan turun sebelum mencapai titik terendah terakhir pada 2023," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

Pihaknya memperkirakan indeks S&P 500 berada di sekitar level 4.000 poin menjelang akhir tahun 2023, menyiratkan peningkatan kurang dari 1,0 persen dari level saat ini, karena tidak melihat pertumbuhan pendapatan.

Goldman memperkirakan laba untuk konstituen dalam indeks STOXX 600 Pan-Eropa turun 8,0 persen tahun depan, sementara memperkirakan pertumbuhan laba 3,0 persen untuk perusahaan-perusahaan di indeks TOPIX Jepang dan MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang.

Bank investasi itu memperkirakan investor untuk mulai memperkirakan ekspektasi pasar bullish tahun depan.

"Kami memperkirakan pasar akan beralih ke fase 'harapan' dari pasar bullish berikutnya di beberapa titik di tahun 2023, tetapi dari level yang lebih rendah."

Baca juga: CEO JPMorgan Dimon memperingatkan resesi dalam 6 hingga 9 bulan
Baca juga: Goldman naikkan perkiraan harga minyak setelah OPEC+ pangkas produksi
Baca juga: Goldman Sachs lihat kemungkinan lebih besar resesi AS tahun depan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022